Rabu 03 Jan 2024 16:03 WIB

Macron Minta Israel tak Ciptakan Eskalasi Baru di Lebanon

Macron menyerukan agar gencatan senjata yang langgeng diberlakukan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri konferensi Prancis tentang ekonomi maritim edisi ke-18, di Nantes, Prancis barat, (28/11/2023).
Foto: EPA-EFE/DAMIEN MEYER
Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri konferensi Prancis tentang ekonomi maritim edisi ke-18, di Nantes, Prancis barat, (28/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, meminta Israel tidak menciptakan eskalasi di Lebanon. Hal itu disampaikan Macron setelah serangan pesawat nirawak (drone) Israel ke Beirut, Lebanon, membunuh wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri.

“Penting untuk menghindari sikap eskalasi, khususnya di Lebanon, dan Prancis akan terus menyampaikan pesan-pesan ini kepada semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung di wilayah tersebut,” kata Macron saat melakukan pembicaraan via telepon dengan anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz, Selasa (2/1/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Dalam percakapannya dengan Gantz, Macron kembali menyerukan agar gencatan senjata yang langgeng antara Israel dan Hamas segera diberlakukan di Jalur Gaza. Macron pun menyuarakan keprihatinannya atas terus bertambahnya korban sipil di Gaza serta krisis kemanusiaan yang berlangsung di wilayah tersebut.

Saleh al-Arouri terbunuh dalam serangan drone Israel ke kantor Hamas di Mecherfeh di Beirut selatan, Lebanon, Selasa malam lalu. Setidaknya enam orang tewas dalam serangan itu. Hamas telah mengonfirmasi kematian Arouri. Dua komandan Brigade Al-Qassam, yakni sayap militer Hamas, turut terbunuh bersama Arouri dalam serangan Israel.

Kelompok Hizbullah Lebanon, yang sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu ikut terlibat dalam konfrontasi dengan Israel, mengatakan bahwa kematian Arouri tidak akan dibiarkan begitu saja. “Ini serangan serius terhadap Lebanon dan perkembangan yang berbahaya selama perang,” kata Hizbullah.

Arouri menjadi pemimpin Hamas paling senior yang dibunuh Israel sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023. Menyusul kematian Arouri, Hamas dilaporkan telah membekukan pembicaraan tentang gencatan senjata di Israel. “Hamas mengatakan kepada mediator tentang keputusannya untuk membekukan semua diskusi mengenai gencatan senjata di Gaza atau pertukaran sandera dengan Israel,” kata seorang sumber Palestina, Selasa (2/1/2024), dikutip Anadolu Agency.

Pada 29 Desember 2023 lalu, delegasi tingkat tinggi Hamas dilaporkan telah tiba di Kairo. Mereka hendak berpartisipasi dalam perundingan gencatan senjata dengan Israel yang dimediasi Mesir. Selama ini pihak yang selalu memediasi negosiasi Israel-Hamas adalah Mesir dan Qatar.

Hingga saat ini Israel dan Hamas masih terlibat pertempuran cukup sengit di Gaza. Lebih dari 22 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel memulai agresinya pada 7 Oktober 2023. Sementara korban luka melampaui 57 ribu orang. Agresi Israel ke Gaza juga menyebabkan 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur. Sementara hampir 2 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi dan menghadapi krisis pangan, air bersih, serta obat-obatan. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement