Kamis 04 Jan 2024 05:27 WIB

WNI di Jerman Pakai Metode Pos Coblosan pada 10 Februari 2024

Ada 6.000 diaspora Indonesia di Jerman yang kawin campur rata-rata merasa khawatir.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Penghitungan suara Pemilu 2019 oleh PPLN Berlin di KBRI Berlin, Jerman pada 17 April 2019.
Foto: KBRI Berlin
Penghitungan suara Pemilu 2019 oleh PPLN Berlin di KBRI Berlin, Jerman pada 17 April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Berlin, Roni Susman menyampaikan, pihaknya akan melaksanakan coblosan bagi warga negara Indonesia (WNI) di Jerman untuk Pemilu 2024, dengan metode pos pada 10 Januari 2024 dan metode tempat pemungutan suara (TPS) pada 10 Februari 2024.

Roni mengatakan, metode kotak suara keliling (KSK) tidak akan diterapkan di Jerman. Hal itu karena KPU menganggap layanan pos di Jerman sudah sangat baik. "Jadi, surat suara dikirim via pos satu hari akan sampai. Karena itu, KPU tidak menyetujui usulan untuk membuka kotak suara keliling," kata Roni di Berlin, Jerman, Rabu (3/1/2024).

Dia mengatakan, jumlah pemilih melalui TPS di PPLN Berlin sekitar 4.049 orang. Sedangkan jumlah pemilih melalui pos 496 orang. Jumlah pemilih terbesar, yaitu 1.075 orang berada di Berlin. Dari total pemilih 4.545 orang, pemilih laki-laki ada 2.159 orang dan perempuan 2.386 orang.

Wilayah kerja PPLN Berlin tersebar di enam negara bagian Jerman, mencakup Berlin, Brandenburg, Sachsen-Anhalt, Niedersachsen, Mecklenburg-Vorpommern, dan Thuringen.

Menurut Roni, sekitar 60 persen pemilih di Berlin adalah mahasiswa dan sisanya adalah pekerja. Dari seluruh pemilih mahasiswa, hampir 23 persen di antaranya adalah pelajar yang sedang menjalani masa persiapan prastudi (studienkolleg).

Dia mengatakan, sosialisasi paling efektif untuk menjangkau pemilih pemula adalah bekerja sama dengan komunitas hobi seperti olah raga dan budaya. PPLN Berlin juga memanfaatkan keberadaan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jerman untuk menggelar dialog pemilu dalam rangka memitigasi potensi golput.

Roni mengakui, kendala terbesar yang dihadapi adalah kepedulian pemilih pemula yang relatif rendah dan literasi tentang demokrasi di Indonesia yang belum mencukupi. Tugas PPLN Berlin adalah mengedukasi mereka untuk mau memilih dan membuka kesadaran bahwa Indonesia dibangun oleh nilai-nilai demokrasi.

Terkait logistik pemilu, kata Roni, surat suara telah diterima Kedutaan Besar RI di Berlin pada 28 Desember 2023 dan telah diserahkan kepada PPLN Berlin pada 29 Desember 2023.

Adapun Roni menyebut, pemilih pemula tersebut rata-rata beralasan, pemilu tidak berdampak apa-apa terhadap kehidupan mereka. "Apa sih dampak pemilu buat kita? Saya studi ke Jerman, orang tua saya bekerja. Semuanya memang self effort, tidak terkait dengan pemilu politik. Itu yang ada di mindset mereka," ujar Roni.

Soal upaya PPLN untuk mengubah pola pikir yang demikian, pihaknya berusaha menyampaikan fakta-fakta menarik sebagai diaspora Indonesia. Menurut Roni, ada warga negara Indonesia (WNI) yang terpaksa pindah kewarganegaraan karena tuntutan di tempat bekerja.

"Misalnya, di Jerman itu banyak yang (melakukan) kawin campur. Kemudian, banyak anak-anak hasil perkawinan itu setelah (berumur) 18, terancam kehilangan kewarganegaraan Indonesianya. Jadi 6.000 diaspora Indonesia yang kawin campur itu rata-rata merasa khawatir, karena isu dual citizen itu tidak pernah berhasil," ujar Roni.

Saat WNI mengubah status kewarganegaraan mereka menjadi warga negara asing (WNA). Dampaknya, hak waris dari keluarga dan hak properti di Indonesia otomatis hilang.

Hal-hal seperti itulah yang membuat para pemilih, termasuk pemilih pemula, sadar akan pentingnya berpartisipasi dalam Pemilu 2024. "Harus ada yang bisa menyampaikan di Senayan (DPR), yang membawa persoalan ini untuk (diatur) dalam undang-undang, supaya ada semacam visa diaspora. Jadi, diaspora (Indonesia) bisa memiliki properti (di Indonesia)," kata Roni.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement