REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada Surat At-Talaq Ayat 2 dan 3 dijelaskan bahwa Allah SWT akan memberikan rezeki dari arah yang tidak diduga kepada orang yang bertakwa. Prof KH Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menegaskan bahwa rezeki yang dimaksud dalam ayat tersebut jangan disalahpahami.
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ
wa may yattaqillāha yaj‘al lahū makhrajā(n). Wa yarzuqhu min ḥaiṡu lā yaḥtasib(u)
Artinya: . . . . Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. . . . . (QS At-Talaq Ayat 2 dan 3)
Prof KH Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menyampaikan bahwa ayat tersebut jangan disalahpahami dengan berkata, "Banyak orang bertakwa yang kehidupan materialnya terbatas." Perlu diingat dan dipahami, ayat di atas tidak menyatakan akan menjadikan orang yang bertakwa kaya raya.
Di sisi lain, rezeki tidak hanya dalam bentuk materi, seperti uang, perhiasan, kendaraan dan rumah mewah. Kepuasan hati adalah kekayaan yang tidak pernah habis.
Ada juga rezeki dari Allah SWT yang bersifat pasif. Misalnya si A yang setiap bulannya menerima uang Rp 5 juta, tetapi dia atau salah seorang keluarganya sakit-sakitan. Sementara si B yang hanya memperoleh Rp 2 juta per bulan, tetapi sehat dan hatinya tenang.
Prof KH Quraish Shihab mengingatkan sekali lagi, kata "rezeki" tidak selalu bersifat material, tetapi juga bersifat spiritual.
Kalau ayat di atas menjanjikan rezeki dan kecukupan bagi yang bertakwa, maka melalui Rasulullah SAW mengancam siapa yang durhaka dengan kesempitan rezeki.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak ada yang menampik takdir kecuali doa, tidak ada yang menambah umur kecuali kebajikan yang luas, dan sesungguhnya seseorang dihindarkan dari rezeki akibat dosa yang dilakukannya." (HR Ibn Majah, Ibn Hibban dan al-Hakim melalui Tsauban ra)