REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah atas dolar AS di akhir perdagangan Kamis (4/1/2024) melemah menjadi Rp 15.491 per dolar AS karena penguatan dolar AS yang ditopang oleh peningkatan data manufaktur Amerika Serikat (AS).
"Pada hari ini rupiah melemah diakibatkan oleh faktor penguatan mata uang dolar AS. Hal ini ditopang oleh data ekonomi AS yang rilis pada hari Rabu melaporkan, IMP Manufaktur ISM AS meningkat," kata Analis ICDX Taufan Dimas Hareva kepada ANTARA di Jakarta.
Taufan menuturkan data manufaktur ISM AS meningkat menjadi 47,4 pada bulan lalu, setelah tidak berubah di 46,7 selama dua bulan berturut-turut, meskipun tetap berada di wilayah kontraksi selama 14 bulan berturut-turut.
Selain itu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan kondisi pasar tenaga kerja secara bertahap mereda. Lowongan kerja di AS turun 62 ribu menjadi 8,79 juta untuk bulan ketiga berturut-turut di bulan November.
Secara terpisah, risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) AS pada 12-13 Desember 2023 menunjukkan, pejabat Federal Reserve pada bulan Desember meluncurkan perdebatan luas mengenai perubahan kebijakan moneter AS, dengan kekhawatiran baru mengenai berapa lama perekonomian dapat bertahan di bawah suku bunga tinggi saat ini. Risalah rapat tersebut tidak memberikan penjelasan langsung mengenai kapan penurunan suku bunga akan dimulai.
Para peserta mencatat “tingkat ketidakpastian yang luar biasa tinggi” mengenai prospek ekonomi, dan kenaikan suku bunga lebih lanjut masih mungkin terjadi. Pada penutupan perdagangan Kamis, rupiah menurun 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp 15.491 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 15.481 per dolar AS.
Demikian pula Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis merosot ke posisi Rp 15.525 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 15.495 per dolar AS.