REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia mengutuk keras serangan bom yang terjadi di kota Kerman, Iran. Insiden itu telah membunuh lebih dari 100 orang dan melukai sedikitnya 180 lainnya.
“Indonesia mengutuk keras serangan keji di kota Kerman, Iran, yang menewaskan dan melukai ratusan orang, termasuk anak-anak. Kami turut berbelasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga para korban dan turut berduka cita untuk rakyat Iran,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI lewat akun X resminya, Kamis (4/1/2024).
Pada Rabu (3/1/2024) lalu, dua bom meledak berurutan di dekat Pemakaman Martir di Masjid Saheb al-Zaman di Kerman. Bom itu diledakkan ketika warga di sana tengah memperingati kematian Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds yang tewas dibunuh oleh Amerika Serikat (AS). Menurut laporan kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA), kedua bom diledakkan dari jarak jauh menggunakan alat kontrol.
Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi mengungkapkan, ledakan awal terjadi pada pukul 15:00 waktu setempat. Sementara bom kedua diledakkan ketika orang-orang berkumpul untuk menyelamatkan dan mengevakuasi korban dari ledakan pertama. Menurut Vahidi, ledakan kedua memakan lebih banyak korban. “Aksi teroris ini akan ditanggapi dengan respons yang kuat dan menghancurkan dari aparat keamanan dan militer dalam waktu sesingkat-singkatnya,” ujar Vahidi.
Sedikitnya 103 orang tewas dan 188 lainnya terluka dalam serangan bom di Kerman. Iran telah menyatakan hari Kamis sebagai hari berkabung nasional. Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di Kerman.
Namun Iran menuding AS dan Israel bertanggung jawab atas serangan bom di kota Kerman. “Washington mengatakan AS dan Israel tidak berperan dalam serangan teroris di Kerman, Iran. Benarkah? Rubah mengendus sarangnya sendiri terlebih dahulu. Jangan salah. Tanggung jawab atas kejahatan ini terletak pada AS serta rezim Zionis (Israel) dan terorisme hanyalah sebuah alat,” kata wakil politik presiden Iran, Mohammad Jamshidi, lewat akun X (Twitter)-nya, Rabu lalu.
AS telah menolak tuduhan yang menyebut mereka atau sekutunya, Israel, terlibat dalam serangan bom di kota Kerman. “AS tidak terlibat dalam hal apa pun. Kami tidak punya alasan untuk percaya bahwa Israel terlibat dalam ledakan ini,” ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller, Rabu kemarin.
Sementara Israel menolak mengomentari insiden serangan bom di Kerman. “Kami fokus pada pertempuran dengan Hamas,” kata Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari ketika ditanya insiden di Kerman.
Terkait Qassem Soleimani, ia tewas di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020. Soleimani dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak AS. Mantan presiden AS Donald Trump adalah tokoh yang memerintahkan langsung serangan tersebut.
Trump mengklaim Soleimani sedang merencanakan serangan terhadap misi dan diplomat AS di Timur Tengah. Oleh sebab itu, sebelum Soleimani melancarkan aksinya, AS terlebih dulu mengambil tindakan dengan membunuhnya. Iran mengutuk keras pembunuhan Soleimani dan bersumpah akan membalas tindakan Washington. Tak lama setelah peristiwa pembunuhan itu, Iran meluncurkan serangan udara ke markas tentara AS di Irak. Aksi itu sempat menimbulkan kekhawatiran global tentang potensi pecahnya peperangan.
Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan. Soleimani pun memiliki kedekatan dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.