Kamis 04 Jan 2024 17:38 WIB

Jepang Punya Sistem Canggih Peringatan Dini Gempa, Bagaimana Kerjanya?

Notifikasi peringatan dini gempa yang dimiliki Jepang menjadi sorotan di medsos.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Jalan yang runtuh sebagian akibat tanah longsor akibat gempa bumi di Jepang. Sistem peringatan dini gempa yang dimiliki oleh Jepang menjadi sorotan di media sosial.
Foto: AP Photo/Hiro Komae
Jalan yang runtuh sebagian akibat tanah longsor akibat gempa bumi di Jepang. Sistem peringatan dini gempa yang dimiliki oleh Jepang menjadi sorotan di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wilayah barat Jepang baru saja diterpa oleh gempa berkekuatan 7,5 magnitudo pada Senin (1/1/2024). Tak lama setelah bencana alam ini terjadi, sistem peringatan dini gempa yang dimiliki oleh Jepang menjadi sorotan di media sosial.

Sistem peringatan dini gempa milik Jepang membuat banyak warganet merasa takjub. Alasannya, peringatan dini tersebut dikirimkan ke semua ponsel warga Jepang dan warga negara asing yang sedang berada di negara tersebut sebelum gempa terjadi.

Baca Juga

Notifikasi peringatan ini bertujuan untuk memitigasi kerusakan terkait gempa bumi dengan cara memberikan waktu bagi banyak pihak untuk melakukan tindak penanggulangan. Sebagai contoh, memperlambat laju kereta hingga mengontrol operasional lift di dalam gedung.

"Dan memungkinkan orang-orang untuk melindungi diri mereka secara cepat saat berada di berbagai lingkungan, seperti pabrik, kantor, rumah, atau di dekat tebing," ungkap Badan Meteorologi Jepang atau Japan Meteorological Agency (JMA) dalam laman resminya, seperti dikutip pada Kamis (4/1/2024).

Sistem peringatan dini bernama Earthquake Early Warnings (WWE) ini dikelola langsung oleh Badan Meteorologi Jepang. Sistem ini akan secara otomatis memberikan notifikasi peringatan gempa kepada semua orang di Jepang ketika gelombang P terdeteksi oleh dua seismometer atau lebih.

Gelombang P dikenal pula sebagai gelombang seismik dalam seismologi. Sedangkan seismometer adalah sebuah instrumen yang dapat mendeteksi dan merekam gelombang seismik. Melalui laman resminya, JMA mengungkapkan bahwa jaringan pemantau gempa mereka terdiri dari 200 buah seismograf dan 600 alat pengukur intensitas gempa.

JMA juga memeroleh data dari sekitar 3.600 alat pengukur intensitas gempa yang dikelola oleh pemerintah daerah serta National Research Institute for Earth Science and Disaster Prevention (NIED). "Data-data yang terhimpun dimasukkan ke dalam Earthquake Phenomena Observation System (EPOS)di kantor pusat yang berada di Tokyo dan Osaka District Meteorological Observatory secara real time," ujar JMA.

Ketika gempa terjadi, JMA akan segera mengeluarkan informasi mengenai hypocenter atau pusat titik gempa, magnitudo, hingga intensitas seismik yang terjadi. Bila intensitas seismik berada di angka 3 atau lebih, JMA akan mengeluarkan laporan Seismic Intensity Information dalam waktu 1,5 menit.

Informasi tersebut diberikan kepada otoritas-otoritas pencegahan bencana melalui jalur khusus dan kemudian menjangkau publik lewat berbagai kanal. Sebagian di antaranya adalah melalui notifikasi di ponsel, siaran radio, hingga peringatan di televisi.

"Sistem ini mengeluarkan peringatan sesaat setelah gempa dimulai, sehingga dapat memberikan detik-detik yang berharga bagi orang-orang untuk melindungi diri sebelum guncangan gempa yang besar tiba," ujar JMA.

Sesaat setelah notifikasi peringatan dini gempa muncul, ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh warga lokal dan warga negara asing di Jepang. Hal yang paling utama adalah tidak panik dan tetap tenang, lalu mempersiapkan diri untuk datangnya getaran gempa yang kuat.

"Lindungi kepala Anda, hati-hati terhadap objek yang jatuh dari atas, jauhkan diri dari area yang berbahaya," ungkap NTT Docomo melalui laman resmi mereka.

Saat di rumah

Orang-orang yang berada di rumah saat gempa terjadi disarankan untuk melindungi kepala mereka dan berlindung di bawah meja. Mereka juga dianjurkan untuk menjauhkan diri dari lemari, kabinet, rak, atau objek berat lain.

Mereka juga tidak dianjurkan untuk tergesa-gesa ke luar rumah. Selain itu, mereka pun diminta tidak membuang waktu untuk mematikan kompor yang sedang menyala. Bila sedang berada di dekat pintu, orang-orang disarankan membuka pintu untuk menciptakan jalur keluar nantinya.

Saat menyetir

Bila sedang menyetir, orang-orang dianjurkan untuk tidak tiba-tiba memperlambat laju kendaraan. Untuk menekan risiko kecelakaan, hindari pula tindakan mengerem mendadak atau belok mendadak. Selain itu, orang-orang dianjurkan untuk menyalakan lampu hazard dan menurunkan kecepatan kendaraan secara perlahan.

Saat di ruang terbuka

Waspadai tembok-tembok yang mungkin akan runtuh dan menimpa orang-orang. Selain itu, orang-orang dianjurkan untuk menjauh dari vending machine. Bila memungkinkan, coba berlindung ke dalam gedung yang memiliki resistensi tinggi terhadap gempa.

Saat di bus atau kereta

Tak ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang-orang saat berada di bis atau kereta ketika peringatan dini gempa muncul. Mereka hanya dianjurkan untuk berpegangan erat pada pegangan kursi atau tali yang tersedia di dalam kendaraan umum tersebut.

Saat di lift

Hindari penggunaan lift ketika gempa terjadi. Namun bila sedang berada di dalam lift, segera hentikan lift di lantai terdekat dan keluar dari lift.

Dekat jurang atau gunung

Saat berada di area seperti ini, cari tempat yang aman dari jangkauan pohon atau bebatuan jatuh. Waspadai bebatuan yang jatuh dari atas serta longsor.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement