REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH-- Di sebuah kebun binatang di Rafah, di Jalur Gaza selatan, puluhan warga Palestina yang miskin berlindung di antara kandang yang menampung monyet, burung beo, dan singa yang kelaparan, tanpa terlihat adanya akhir dari serangan Israel di daerah kantong tersebut.
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza kini, terpaksa meninggalkan rumah mereka karena serangan tanpa henti dari militer Israel melalui udara, darat dan laut, serta evakuasi paksa, dan sebagian besar wilayah tersebut telah menjadi puing-puing. Banyak yang melarikan diri ke Rafah yang sudah penuh sesak, mencari keamanan di kamp-kamp yang penuh sesak dan mendirikan tenda di sudut-sudut jalan.
Di kebun binatang pribadi yang dikelola oleh keluarga Gomaa, deretan tenda plastik telah didirikan di dekat kandang dan cucian digantung di antara pohon palem. Di dekatnya, seorang pekerja mencoba memberi makan irisan tomat kepada monyet yang lemah dengan tangan.
Banyak orang di kebun binatang tersebut merupakan anggota keluarga besar Gomaa yang tinggal di berbagai wilayah di wilayah tersebut sebelum konflik menghancurkan rumah mereka. “Ada banyak keluarga yang benar-benar musnah. Sekarang seluruh keluarga kami tinggal di kebun binatang ini,” kata Adel Gomaa, yang meninggalkan Kota Gaza.
“Hidup di antara hewan lebih penuh belas kasihan daripada apa yang kita dapatkan dari pesawat tempur di angkasa,” lanjutnya. Sebuah laporan yang didukung PBB pekan lalu memperingatkan bahwa Gaza berisiko mengalami kelaparan karena seluruh penduduknya menghadapi tingkat krisis kelaparan.
Israel menghentikan semua impor makanan, obat-obatan, listrik dan bahan bakar ke Gaza ketika konflik saat ini dimulai pada bulan Oktober. Meskipun kini negara tersebut mengizinkan sejumlah bantuan untuk memasuki Jalur Gaza, pemeriksaan keamanan, hambatan pengiriman dan kesulitan untuk melewati reruntuhan zona perang telah menghambat pasokan. Banyak warga Palestina mengatakan mereka kini sudah tidak lagi makan setiap hari.