TEHERAN – Uni Eropa memasukkan Alrosa, perusahaan pertambangan berlian terbesar di dunia dan CEO-nya, Alekseevich Marinychev, ke 'daftar hitam' sanksi, Rabu (3/1/2024).
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, mengabarkan hal tersebut melalui platform media sosialnya. “Sejalan dengan larangan berlian yang kami perkenalkan dengan paket sanksi ke-12, UE hari ini mencantumkan Alrosa, perusahaan pertambangan berlian terbesar di dunia, dan CEO-nya,” katanya via media sosial X, seperti dikutip Reuters.
Perusahaan asal Rusia ini menyumbang lebih dari 90 persen dari seluruh produksi berlian Rusia. Pemberian sanksi ini terkait dengan Perang Rusia-Ukraina, khususnya serangan militer Rusia terhadap Ukraina.
“Dewan hari ini menetapkan pembatasan tambahan terhadap satu orang dan satu entitas yang bertanggung jawab atas tindakan yang merusak atau mengancam integritas wilayah, kedaulatan, dan kemerdekaan Ukraina,” kata Dewan Eropa dalam pernyataan yang dirilis di MNA pada Kamis (4/1/2024).
Dengan begitu, langkah yang diambil UE ini pun melengkapi larangan impor berlian Rusia, yang termasuk paket sanksi ekonomi dan individu ke-12, yang disahkan bulan lalu.
“Larangan berlian Rusia adalah bagian dari upaya G7 untuk mengembangkan larangan berlian, yang dikoordinasikan secara internasional. Tujuannya, untuk menghilangkan sumber pendapatan penting Rusia," kata Dewan menambahkan.
Dewan Eropa menegaskan komitmen UE untuk terus mendukung Ukraina dan rakyatnya selama diperlukan. Dewan juga menyambut baik penerapan paket sanksi ini.
Larangan berlian yang dilakukan UE atas koordinasi dengan negara-negara Group of Seven (G7), seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika, yang mengumumkan larangan serupa pada Desember 2023. (zed)