REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Pemerintah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah akan melakukan imunisasi terhadap ratusan ribu warga setelah status kejadian luar biasa (KLB) polio, sejak beberapa waktu lalu. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Anggit Budiarto di Klaten, Kamis (4/1/2024), mengatakan, 118.600 orang di daerah itu menjadi sasaran penerima imunisasi pada Subpekan Imunisasi Nasional diselenggarakan serentak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Dilakukan imunisasi secara serentak kepada anak di bawah tujuh tahun di seluruh wilayah Jateng dan Jatim, akan dimulai tanggal 15 Januari," katanya.
Vaksinasi polio dilakukan dua tahap. Untuk tahap pertama ditargetkan selesai satu minggu, selanjutnya diulang lagi minimal satu bulan berikutnya. Penetapan KLB setelah ada temuan satu kasus positif pada anak perempuan berusia enam tahun di Kecamatan Manisrenggo.
"Saat itu dilakukan surveilans, diawali dari perjalanan ke Sampang, Madura. Pulang kampung karena ibunya lahiran, di sana selama 1,5 bulan. Pulang dari sana, setelah empat hari demam," katanya.
Selanjutnya, katanya, anak tersebut diobatkan ke klinik kesehatan. Saat itu, demam sembuh namun muncul gejala ketidakkuatan kaki dalam menahan tubuh saat berjalan.
"Otomatis dilakukan pemeriksaan, akhirnya dirujuk ke Sardjito (RSUP Dr Sardjito Yogyakarta). Di sana dilakukan pemeriksaan karena kecurigaan virus polio. Oleh Biofarma keluar hasil positif. Tanggal 22 Desember Kementerian Kesehatan menyatakan ada satu kasus polio positif. Sesuai UU Kesehatan, adanya kasus baru dan sebelumnya belum ada kasus, dinyatakan sebagai kejadian luar biasa," katanya.
Akibat adanya kejadian tersebut, katanya, 30 anak di sekitar yang pernah ada riwayat bersinggungan bersama anak itu diperiksa untuk mengetahui apakah tertular virus polio.
"Itu ada kriterianya karena kebetulan WHO (Badan Kesehatan Dunia), Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah ada di sini semuanya selama sepuluh hari untuk melakukan surveilans," katanya.
Meski demikian, kata dia, saat ini hasil dari pemeriksaan terhadap 30 anak tersebut belum muncul.
"30 anak ini dites fesesnya untuk diketahui adakah virus, hasilnya belum keluar," katanya.