Jumat 05 Jan 2024 01:59 WIB

Ganjar Janjikan Hapus Kredit Macet Nelayan Hampir Rp 190 miliar

Ganjar sebut kredit macet petani lebih besar yaitu Rp 600 miliar

Ganjar Pranowo, Mahfud MD, bersama empat ketua umum partai politik pengusungnya usai menggelar rapat mingguan, di Kantor Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Jakarta, Rabu (3/1/2024) malam.
Foto: Republiika/Nawir Arsyad Akbar
Ganjar Pranowo, Mahfud MD, bersama empat ketua umum partai politik pengusungnya usai menggelar rapat mingguan, di Kantor Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Jakarta, Rabu (3/1/2024) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo menjanjikan akan menghapus kredit macet  nelayan, yang menurut perhitungannya mencapai hampir Rp 190 miliar.

“Sekitar Rp 190-an miliar kalo tidak salah, [bisa] lebih kecil lagi. Karena jumlah petani (nelayan) 2,2 juta orang gitu,” kata Ganjar usai peluncuran Program Penghapusan Kredit Macet Nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karanganyar, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (4/1/2024).

Ganjar mengungkapkan tunggakan utang KUR terjadi karena beberapa hal, di antaranya persoalan teknis pekerjaan dan penyebaran COVID-19. Berdasarkan penuturan nelayan, terungkap bahwa jumlah kredit yang parah tidak begitu banyak. Di sisi lain, kata dia, ada persoalan yang cukup serius karena masalah teknis pekerjaannya.

“Tadi, saya bertemu petani yang minjamnya Rp 11 juta dan sekarang kondisinya sangat sulit, kalau kita melihat kondisi secara teknikal seperti itu, terjadi problem. Maka, kita akan hapuskan kredit yang macet itu agar mereka bangkit lagi,” kata Ganjar.

Lebih lanjut dikatakan, jumlah kredit macet nelayan hampir Rp 190-an miliar tidak sebanyak kredit macet petani yang mencapai Rp 600 miliar.

“Jadi kita bantu. Karena ternyata ada persoalan yang lain, bisnis mereka tidak terlalu lancar. Misalnya, keterbatasan kuota solar untuk bahan bakar kapal terbatas,” ujarnya.

Ganjar mengatakan, hal lain yang membuat nelayan tidak mampu mencicil pinjaman adalah bisnis mereka tidak terlalu lancar, karena kapal 3-5 GT one way fishing memiliki kuota solar yang sangat terbatas.

Selain itu, pola jual-beli di TPI, yang hasil penjualan ikan diterima setelah satu bulan transaksi penjualan ikan.

“Rasanya, itu butuh akses permodalan agar ketika mereka melepas ikannya langsung bisa dibeli,” tukasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement