Jumat 05 Jan 2024 06:30 WIB

13 Adab Imam dalam Sholat Berjamaah

Seorang imam sholat berjamaah diharuskan memenuhi memenuhi standarisasi syariat.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
 13 Adab Imam dalam Sholat. Foto:  Sholat Berjamaah (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
13 Adab Imam dalam Sholat. Foto: Sholat Berjamaah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seorang imam diharuskan memenuhi  memenuhi standarisasi syariat. Di sisi lain, imam sholat juga seyogyanya telah memahami adab-adab saat memimpin sholat berjamaah. 

Berikut 13 adab imam dalam sholat sebagaimana dikutip dari buku Etika Imam dan Makmum terbitan Pustaka Ibnu Umar. 

Baca Juga

1. Meringankan sholat dengan tetap menjaga kesempurnaannya. 

Terdapat sejumlah riwayat hadits mengenai hal ini. Namun demikian, meringankan sholat yang dituntuy dalam imam terbagi dua. Pertama, meringankan yang tetap (tidak bersifat sewaktu-waktu). Seorang imam tidak boleh melampaui atau mengubah apa-apa yang sudah ada dalam sunnah. 

2. Memanjangkan rakaat pertama lebih lama daripada rakaat kedua. 

Hal ini bersandar lada hadits dari Abu Said Al Khudri, ia berkata, "Sungguh, iqamah untuk sholat zhuhur telah dikumandangkan. Lalu seseorang pergi ke Baqi untuk buang air. Kemudian ia mendatangi keluarganya untuk berwudhu, lalu ia kembali ke masjid sementara Rasulullah masih berada di rakaat pertama. Karena beliau memanjangkan rakaat pertama."

3. Memanjangkan dua rakaat pertama dan memperpendek dua rakaat berikutnya dari setiap sholat

Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin Samurah, disebutkan di dalamnya bahwa Sa'd berkata kepada Sayyidina Umar, "Sesungguhnya aku akan sholat bersama mereka dengan sholat seperti sholat Rasulullah SAW. Aku akan memanjangkan dua rakaat yang pertama dan memperpendek dua rakaat yang terakhir. 

Aku tidak akan memperpendek apa yang aku ikuti dari Rasulullah."

4. Memelihara kemaslahatan para makmum dengan syarat tidak menyalahi sunnah. 

Hal ini berdasarkan hadits Jabin bin Abdillah. Dalam hadits ini Nabi memelihara kemaslahatan manusia dengan mengakhirkan sholat Isya ketika para sahabatnya belum berkumpul. 

Jabir berkata, "Dan sholat Isya kadang-kadang (segera), kadang-kadang (ditangguhkan). Jika Nabi melihat para sahabat telah berkumpul, maka beliau menyegerakannya. Dan apabila beliau melihat mereka agak lamban, maka beliau pun mengakhirkannya."

5. Tidak melakukan sholat (sunnah) di tempat ia mengerjakan sholat fardhu. 

Hal ini berdasarkan riwayat dari Al Mughirah bin Syu'bah yang ia marfu'kan, "Tidka boleh seorang imam sholat (sunnah) di tempat ia mengerjakan sholat fardhu hingga ia berpindah." (HR Abu Dawud, Ibnu Majah). 

6. Diam sebentar di tempatnya setelah salam. 

Hal ini berdasarkan hadits Sayyidah Ummu Salamah, ia berkata, "Adalah Rasulullah SAW apabila beliau telah salam, kaum wanita pun bediri. Dan beliau diam sebentar sebelum berdiri."

7. Menghadapkan wajah ke arah makmum setelah salam. 

Hal ini berdasarkan hadits Samurah bin Jundab, ia berkata, "Apabila selesai sholat, maka Nabi SAW menghadapkan wajahnya ke arah kami." (HR Imam Bukhari). 

8. Tidak boleh memanjatkan doa untuk diri sendiri, sementara doanya diamini oleh makmum. 

Hal ini berdasarkan riwayat Abu Hurairah yang dimarfu'kan-nya. Disebutkan di dalamnya, "Tidak halal seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir mengimami suatu kaum kecuali dengan izin mereka. Dan tidak halal pula bahwa ia mengkhususkan doanya untuk dirinya sendiri, tanpa melibatkan mereka. Jika ia melakukannya, maka ia telah mengkhianati mereka."

9. Tidak sholat di tempat yang terlalu tinggi daripada makmum, kecuali beberapa barisan di belakangnya berada di tempat yang sama dengan imam. 

10. Tidak sholat di tempat tertutup dari pandangan seluruh makmum. 

11. Tidak terlalu lama duduk menghadap kiblat setelah salam

Sayyidah Aisyah berkata, "Setelah mengucapkan salam, Nabi tidak berlama-lama duduk melainkan membaca doa."

Kemudian Nabi mengarahkan wajahnya ke jamaah sebagaimana yang terekam dalam riwayat hadits Samurah RA. 

12. Cara menghadapkan wajahnya ke arah makmum

Seorang imam hendaklah menghadapkan wajah ke arag makmum setelah salam. Adapun cara menghadapnya, sekali-kali berputar dengan berputar ke arag kanan, dan di waktu yang lain berputar ke arah kiri. Hal ini bersandar dari hadits riwayat Abdullah bin Masud. 

13. Menjadikan sutrah (pembatas sholat) di hadapannya. Karena sutrah imam sekaligus berfungsi sebagai sutrah bagi orang-orang yang ada di belakangnya (makmum). 

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قُلْ اَنَدْعُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَنْفَعُنَا وَلَا يَضُرُّنَا وَنُرَدُّ عَلٰٓى اَعْقَابِنَا بَعْدَ اِذْ هَدٰىنَا اللّٰهُ كَالَّذِى اسْتَهْوَتْهُ الشَّيٰطِيْنُ فِى الْاَرْضِ حَيْرَانَ لَهٗٓ اَصْحٰبٌ يَّدْعُوْنَهٗٓ اِلَى الْهُدَى ائْتِنَا ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰىۗ وَاُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Katakanlah (Muhammad), “Apakah kita akan memohon kepada sesuatu selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kita, dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, setelah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di bumi, dalam keadaan kebingungan.” Kawan-kawannya mengajaknya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), “Ikutilah kami.” Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya); dan kita diperintahkan agar berserah diri kepada Tuhan seluruh alam,

(QS. Al-An'am ayat 71)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement