Jumat 05 Jan 2024 12:54 WIB

Alat Utama Menerjemahkan dan Menafsirkan Alquran, Apa itu?

Alquran merupakan kitab suci yang dijaga oleh Allah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi ngaji Alquran.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Ilustrasi ngaji Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari terakhir, viral seorang tokoh yang menafsir Alquran dengan keliru. Disebut oleh tokoh itu bahwa Surat Al Qari'ah bermakna pembaca, bukan mengacu hari kiamat. Padahal, jelas Surat Al Qari'ah itu memakai 'ain, bukan hamzah.

Terkait hal itu, apa saja bekal yang harus dimiliki untuk menafsirkan Alquran? Tentu ada banyak. Di samping memiliki akhlak yang mulia, juga keluasan ilmu termasuk ilmu bahasa Arab.

Baca Juga

Di antara aturan yang benar dalam menafsirkan Alquran menurut para ulama ialah menafsirkan Alquran menurut Alquran, As-Sunnah yang shahih, dan perkataan para sahabat dengan menjauhi riwayat atsar yang lemah, apalagi palsu.

Selain itu, aturan lainnya dalam menafsir Alquran yaitu dengan menukil dari perkataan kalangan Tabiin, khususnya kalangan pengikut Ibnu Abbas RA (Abdullah bin Abbas RA). Abdullah bin Abbas RA adalah sahabat Nabi yang dikenal sebagai ahli tafsir Alquran di zaman Khulafaur Rasyidin.

Ibnu Abbas merupakan sosok pelopor ilmu tafsir Alquran meskipun ia sendiri tak sempat menulis sebuah kitab utuh yang membahas khusus tafsir Alquran. Abdullah bin Mas'ud RA pernah berkata, "Ahli tafsir terbaik ialah Ibnu Abbas."

Ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, Ibnu Abbas RA berusia 13 tahun. Pada usia yang sangat muda itu, dia telah menghasilkan tafsir dan hadits yang luar biasa. Ia pun layak menjadi imam para ahli tafsir Alquran. Para tokoh sahabat pun sering menanyakan ihwal penafsiran Alquran kepadanya.

Lantas, apa hal yang penting dimiliki oleh seorang mufassir Alquran? Salah satunya, seorang mufassir Alquran dituntut memiliki pemahaman bahasa Alquran, kaidah-kaidahnya, dan sastranya. Ini mencakup ilmu nahwu, shorf, isytiqoq, dan balaghah.

Ulama di masa tabi'in, Mujahid bin Jabr (murid Ibnu Abbas RA), pernah mengungkapkan:

 لا يحل لأحد يؤمن بالله واليوم الآخر أن يتكلم في كتاب الله، إذا لم يكن عالمًا بلغة العرب.

"Orang yang beriman kepada Allah SWT dan Hari Kiamat tidak boleh membicarakan (menyampaikan pendapatnya) tentang Alquran jika tidak menguasai bahasa Arab."

Ulama Imam Malik bin Anas (pendiri Madzhab Maliki) juga pernah menekankan pentingnya menguasai bahasa Arab dalam menafsir Alquran. Dia berkata:

 لا أوتى برجل غير عالم بلغة العرب، يفسر كتاب الله، إلا جعلته نكالًا.

"Aku tidak akan mendatangkan orang yang tidak menguasai bahasa Arab untuk menafsirkan Kitab Allah, kecuali aku akan memberinya peringatan."

Karena itu, mufassir Alquran harus memahami ushul fiqih. Dia harus mampu membedakan mana nash yang bersifat dzahir, umum, khusus, mutlak dan muqoyyad serta memahami hal-hal lainnya. Ia juga harus memahami sebab-sebab turunnya wahyu baik di Makkah maupun Madinah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement