Jumat 05 Jan 2024 13:16 WIB

Menggunakan Modal Umur untuk Mencapai Kebahagian Dunia Akhirat

Kebahagiaan merupakan cita-cita semua makhluk.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi berdoa jalan menggapai kebahagiaan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi berdoa jalan menggapai kebahagiaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi, mengungkapkan jika dilihat dari sisi perbuatan, perilaku, dan usahanya secara fisik, manusia merupakan makhluk hidup yang lemah dan tidak berdaya. Wilayah aktivitas dan kepemilikannya pada sisi ini sangat terbatas dan sempit.  

Namun, menurut Nursi, dilihat dari sisi respons, penerimaan, doa, dan permintaannya, manusia merupakan tamu agung dan mulia di tempat jamuan dunia. Menurut Nursi, manusia dijamu oleh Sang Pemurah dengan jamuan yang demikian megah, hingga Dia membukakan untuknya berbagai khazanah rahmat-Nya yang luas serta menundukkan para pelayan dan ciptaan-Nya yang tak terhingga untuknya. 

Baca Juga

Nursi menjelaskan, Allah juga menyiapkan sebuah daerah yang sangat besar dan luas untuk manusia sebagai tempat rekreasi dan tamasya di mana setengahnya sejauh mata memandang, bahkan seluas jangkauan khayalan. 

Jika manusia bersandar pada egonya serta menjadikan kehidupan dunia sebagai akhir impiannya di mana upaya dan usahanya hanya untuk mendapatkan kesenangan yang bersifat sementara, maka ia akan terjerumus ke dalam daerah yang sempit dan usahanya akan sia-sia. Lalu di hari kebangkitan, seluruh organ yang diberikan kepada manusia akan menjadi saksi yang memberatkan dengan mengadukannya. 

Sebaliknya, jika ia memahami bahwa dirinya merupakan tamu yang mulia lalu bertindak sesuai dengan izin Dzat Yang Menjamunya, yakni Sang Yang Maha Pemurah, kemudian menggunakan modal umurnya dalam wilayah yang disyariatkan, maka kegiatan dan amalnya akan berada dalam wilayah yang sangat luas di mana ia membentang sampai pada kehidupan abadi. 

Ia akan hidup tenang, aman, dan nyaman, serta bernapas lega sambil beristirahat. Ia pun bisa naik ke tingkatan yang paling tinggi. Selain itu, di akhirat kelak semua organ dan perangkat yang diberikan padanya akan menjadi saksi yang mendukungnya.

"Ya, organ dan perangkat yang diberikan kepada manusia bukan untuk kehidupan dunia yang fana ini. Namun ia diberikan untuk kehidupan abadi," jelas Nursi dalam buku berjudul "Iman Kunci Kesempurnaan" halaman 32-34. 

Nursi mengatakan, manusia memiliki peran yang sangat penting. Sebab, kalau membandingkan antara manusia dan hewan, dapat dilihat bahwa manusia seratus kali jauh lebih kaya daripada hewan dilihat dari segi perangkat dan organ yang dimiliknya. Namun dari segi kenikmatan dan kesenangan yang didapat di dunia, manusia seratus kali lebih miskin. 

Pasalnya, kata Nursi, dalam setiap kenikmatan yang ia rasakan, manusia menghadapi ribuan derita sesudahnya. Kepedihan masa lalu, kesulitan masa kini, dan kecemasan terhadap masa depan, serta sejumlah derita akibat hilangnya kenikmatan merusak cita rasanya dan meninggalkan jejak penderitaan. 

Sementara itu, hewan tidak demikian. Ia merasakan kenikmatan tanpa disertai penderitaan. Ia merasakan segala sesuatu tanpa dirusak oleh kekeruhan. Ia tidak didera oleh derita masa lalu serta tidak cemas terhadap masa depan. Ia hidup tenang dan lapang seraya bersyukur kepada Penciptanya. 

"Jadi, manusia yang tercipta dalam “bentuk terbaik” jika hanya memfokuskan perhatian pada kehidupan dunia semata, maka ia akan jatuh seratus kali jauh lebih rendah daripada hewan meskipun dari sisi modal ia seratus kali lebih tinggi," kata Nursi. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement