REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut terjadi hujan di sekitar kawasan Gunung Merapi, yakni di puncak dan lereng mulai pukul 13.03 WIB, Jumat (5/1/2024). Hujan masih terus terjadi hingga saat ini dengan total curah hujan di puncak 3,4 mililiter. "Hujan masih berlangsung saat ini," kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Jumat (5/1/2024).
Untuk itu, masyarakat diminta mewaspadai potensi lahar dingin di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Termasuk waspada terhadap bahaya awan panas guguran (AGP) di daerah potensi bahaya. "Masyarakat diimbau untuk menjauhi daerah bahaya yang direkomendasikan," ucap Agus.
Disampaikan, potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas mengingat status Merapi masih siaga atau level 3. Potensi bahaya tersebut ada pada sektor selatan-barat daya, meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Selain itu, potensi bahaya guguran lava dan awan panas juga ada pada sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.
"Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya," jelas Agus. Untuk itu, BPPTKG meminta masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut. Pihaknya juga meminta agar masyarakat dan wisatawan mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
"Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," ungkapnya.