Sabtu 06 Jan 2024 10:41 WIB

Mental Baja Anak Bukan Genetik, Ini 3 Cara Melatihnya Kata Psikolog

Kesehatan mental yang kuat juga akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh

Rep: Santi Sopia/ Red: Friska Yolandha
Anak bermain (ilustrasi).
Foto: Edi Yusuf/Republika
Anak bermain (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan mental buah hati sama pentingnya dengan kesehatan fisik untuk tumbuh kembang anak yang optimal. Apalagi kesehatan mental anak juga berpengaruh terjadap kemampuan anak untuk bersosialisai dan bersikap di lingkungannya. 

Kesehatan mental yang kuat juga akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang tangguh di masa depan, antioverthinking, stress, dan depresi. Isyah Rodhiyah, Psikolog, Associate Psikolog Klinik Anakku Pondok Pinang mengatakan mental kuat anak ini bukan genetik atau turunan, melainkan perlu dilatih.

Baca Juga

Dia berbagi tips jika ingin menanamkan mental baja pada anak atau resiliensi, sebagai berikut.

1. Menumbuhkan perasaan kompeten

Dorong anak bisa melakukan sesuatu hal. Bayangkan anak punya optomisme dan perasaan  bisa melakukan sesuatu. Ketika menemukan kesulitan, tapi anak bisa menaklukannya

"Ketika gagal, dia punya persfektif menghadapi kegagalan," kata Isyah yang juga alumni Universitas Indonesia dalam pertemuan daring, Jumat (5/1/2024).

Caranya bisa dengan melatih pola pikir "aku bisa" terhadap anak. Sering kali anak langsung mengaku tidak bisa ketika harus mengerjakan sesuatu. Jadi orang tua perlu mendorong agar anak bisa melakukannya.

Otak memengaruhi perilkuz Maka jika menanamkan bahwa anak bisa, otak akan mengirim sinyal kepada tubuhnya bahwa ia bisa.

Bisa juga lewat membaca buku, sebab setelah itu akan mengendap di pikiran dan akan memengaruhi perilaku. Lakukan diskusi, baca buku bersama yang mengandung optimisme.

Jadi mental baja bukan....

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement