Sabtu 06 Jan 2024 16:40 WIB

Pernyataan Arya Wedakarna Bikin Panas, Apa Wisatawan Timteng Masih Mau ke Indonesia?

Pemerintah perlu memberi intervensi sektor pariwisata seperti berupa pelatihan.

Suasana pemukiman penduduk dan area sawah yang berada di antara perbukitan di Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Jumat (5/4/2020).
Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
Suasana pemukiman penduduk dan area sawah yang berada di antara perbukitan di Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Jumat (5/4/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pusat Studi Pariwisata Universitas Andalas Sari Lenggogeni menyampaikan, wisatawan Timur Tengah juga masih akan memilih Indonesia.

"Indonesia dinilai sebagai tujuan wisata halal dan negara sesama Islam, selain Malaysia," ungkap Sari dilansir ANTARA di Jakarta, Jumat (5/1/2024).

Baca Juga

Tujuan wisata di Indonesia juga masih di dominasi oleh Bali dan Lombok yang menjadi wisata berkembang favorit wisatawan asal Malaysia, China, dan Singapura. 

Sementara itu, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Borobudur merupakan pasar untuk wisatawan asal China dan Australia. Mereka seringkali mengambil sesi liburan tertentu seperti akhir tahun atau berkeliling selama beberapa bulan dalam rangka perjalanan premium.

Sari menilai pemerintah pusat dan daerah perlu memberi intervensi berupa pelatihan, infrastruktur dan regulasi untuk memberikan stimulasi dan mengembangkan pariwisata.

"Dari sisi pemerintah memberikan stimulasi untuk menghidupkan industri ini. Kasihan sebenarnya karena komunitas dan pemangku kepentingan, mereka butuh peningkatan ekonomi dari sektor pariwisata sehingga dibutuhkan intervensi training, infrastruktur dan regulasi dari pemerintah," kata Sari.

Sari menilai pemerintah pusat bisa berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang memiliki potensi wisata. Koordinasi itu agar tercipta perencanaan manajemen destinasi yang baik dan agar eksekusi di lapangan sesuai dengan rencana induk.

Selain itu juga diperlukan kemudahan konektivitas ke berbagai daerah di Indonesia sehingga tidak ada penumpukan wisatawan di satu daerah. Konektivitas juga berfungsi untuk menghubungkan daerah yang belum terjamah supaya mendapat kesempatan yang sama dan menjadi tujuan wisata baru.

Sari mengatakan, sepanjang 2023, keinginan wisatawan untuk melakukan perjalanan masih meningkat baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara. Keinginan berwisata dipicu pemulihan Covid-19 dan pertumbuhan revenge tourism atau perjalanan balas dendam pascapandemi.

Sari juga mengatakan kunjungan wisatawan mancanegara pada September 2023 meningkat 15 persen dibanding 2022 di bulan yang sama. Pelaku perjalanan juga masih didominasi pada pasar dari Malaysia, Australia, China dan Singapura. Mereka banyak yang melakukan aktivitas leisure (bersantai) dan memiliki waktu berkeliling Indonesia, yang disebut dengan perjalanan premium, seperti saat musim kelulusan sekolah atau libur Natal.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement