Ahad 07 Jan 2024 10:16 WIB

FAO: Harga Pangan Global Turun 13,7 Persen, Tapi Harga Beras Melonjak

Harga beras melonjak 21 persen tahun lalu.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja saat bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja saat bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) mencatat harga pangan dunia mengalami penurunan pada 2023. FAO menyebut penurunan harga pangan terbesar terjadi pada komoditas biji-bijian dan minyak.

"Secara keseluruhan, harga komoditas pangan dunia turun 13,7 persen pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya," bunyi pernyataan FAO seperti dilansir dari Zawya di Jakarta, Ahad (7/1/2024).

Baca Juga

FAO menyampaikan penurunan harga pangan dunia tak lepas dari berkurangnya kekhawatiran akan pasokan. Indeks harga sereal FAO yang turun 15,4 persen mencerminkan pasokan pasar global yang baik dibandingkan 2022, ketika harga melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina. Perang yang berkecamuk di antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan terganggunya rantai pasok biji-bijian.

"Meskipun kekhawatiran terhadap pasokan gandum dan jagung mereda, hal sebaliknya terjadi pada beras karena dampak fenomena cuaca El Nino dan India yang membatasi ekspor. Harga beras melonjak 21 persen tahun lalu," lanjut pernyataan FAO.

FAO menyampaikan indeks harga minyak nabati mencatat penurunan terbesar tahun lalu, yaitu turun 32,7 persen, berkat peningkatan pasokan dan berkurangnya penggunaan produksi biofuel. Sebaliknya, harga gula melonjak 26,7 persen secara keseluruhan, meskipun turun dari harga tertingginya pada Desember berkat Brasil yang meningkatkan ekspor dan mengurangi penggunaan biofuel.

Ekonom dan pakar industri makanan Bruno Parmentier mengatakan harga pangan konsumen di banyak negara meningkat seringkali lebih cepat daripada tingkat inflasi, meskipun indeks FAO mengalami penurunan secara keseluruhan.

"Fakta bahwa harga komoditas pangan turun tidak serta merta berarti turunnya harga pangan," ujar Bruno.

Bruno menyampaikan indeks FAO mengukur harga pasar komoditas, dan mungkin memerlukan waktu cukup lama untuk menyaringnya hingga ke rak-rak supermarket. Biaya tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari biaya produk akhir yang diproses.

"Tepung hanya mewakili empat hingga delapan persen dari harga baguette. Sebagian besar adalah biaya tenaga kerja dan biaya produksi seperti energi, air dan sewa," kata Bruno.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement