Ahad 07 Jan 2024 12:00 WIB

Tafsir Surat Al Araf ayat 130: Kemarau Panjang dan Peringatan Allah

Surat Al Araf ayat 130 mengingatkan tentang kemarau panjang.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Muhammad Hafil
 Surat Al Araf ayat 130 mengingatkan tentang kemarau panjang. Foto:  Musim kemarau. Ilustrasi
Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Surat Al Araf ayat 130 mengingatkan tentang kemarau panjang. Foto: Musim kemarau. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Manusia mengalami kesengsaran ketika satu saja kenikmatan Allah tidak diturunkan ke bumi yakni air hujan. Kemarau panjang mengakibatkan kekeringan dan menyebabkan kesulitan air. Mereka harus mengantri mendapatkan air atau terpaksa menghemat untuk kebutuhan sehari-hari.

Dalam sejarah Islam, kemarau panjang bukan sekadar karena masalah alam. Tetapi ada hubungannya dengan peringatan Allah swt kepada mereka yang tidak taat kepada Allah. Kemarau panjang juga sebuah peringatan atas mereka yang sombong di muka bumi ini.

Baca Juga

Seperti dalam firman Allah Surah al-A'raf ayat 130: 

وَلَقَدْ اَخَذْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِيْنَ وَنَقْصٍ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُوْنَ

Wa laqad akhażnā āla fir‘auna bis-sinīna wa naqṣim minaṡ-ṡamarāti la‘allahum yażżakkarūn(a).

Artinya: 

"Sungguh, Kami telah menghukum Fir‘aun dan kaumnya dengan (mendatangkan) kemarau panjang dan kekurangan buah-buahan agar mereka mengambil pelajaran".

Tafsir tahlili dalam Quran Kemenag menjelaskan bahwa ayat tersebut bahwa harapan Nabi Musa terhadap hukuman kepada Fir'aun dan kaumnya dikabulkan. Allah menurunkan kemarau panjang sehingga Fir'aun dan kaumnya menderita. Sebab Fir'aun adalah raja yang sombong. Dia tidak mengakui kekuasaan Allah.

Kemarau yang panjang tersebut membuat kaumnya yakni warga Mesir waktu itu mengalami kekeringan bertahun-tahun. Mereka kekurangan buah-buahan karena panen yang rusak. Hal tersebut sebagai peringatan dari Allah agar tidak lagi melakukan penganiayaan kepada Bani Israel dan mengikuti ajakan Nabi Musa.

Ayat tersebut mengandung pelajaran bahwa ketika manusia menghadapi kesusahan, hatinya akan lembut dan harapan satu-satunya pertolongan hanyalah Allah. Sebab Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Disamping itu dengan musibah yang diturunkan Allah maka manusia akan diharapkan dapat memperbaiki tingkah lakunya dengan melakukan perbuatan yang diridhai Allah.

Namun apabila mereka tetap tidak bertaubat maka manusia tersebut akan sangat rugi. Maka dari itu ayat tersebut sebuah peringatan kepada Fir'aun dan kaumnya waktu dan pelajaran bagi manusia di masa kini.

Fir'aun adalah Raja Mesir yang sombong. Ia adalah kepala negara sekaligus pemimpin agama masyarakat Mesir kuno. Bagi penduduk Mesir waktu itu Fir'aun dianggap setengah manusia dan setengah dewa.

Nabi Musa hidup pada masa Fir'aun. Ia diutus oleh Allah untuk Bani Israil dan menyebarkan ajarannya tentang Tauhid. Ia mengajak agar mengakui Allah sebagai Tuhan. Sehingga Musa pun menjadi musuh Fir'aun. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement