Ahad 07 Jan 2024 17:30 WIB

Mastercard: Perjalanan Internasional China Terus Membaik

Pengeluaran untuk pengalaman seperti hiburan dan kuliner telah pulih pascapandemi.

Wisatawan mancanegara asal China tiba di Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Ahad (22/1/2023).
Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Wisatawan mancanegara asal China tiba di Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Ahad (22/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tahun 2024, proses pemulihan perjalanan internasional China akan terus berlanjut. Penambahan lebih banyak negara ke dalam daftar yang disetujui oleh China untuk perjalanan rombongan, yang umumnya memiliki pembatasan visa lebih fleksibel daripada individu, akan terus mendukung pengeluaran pariwisata internasional.

Pemulihan dalam koridor-koridor spesifik akan bergantung pada bagaimana otoritas mengalokasikan kapasitas penerbangan. Pada 2023, destinasi di Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand menjadi yang pertama pulih dengan baik. Di 2024, destinasi di Asia Timur Laut, Amerika Utara, dan Eropa diharapkan akan mengejar ketertinggalan mereka.

Baca Juga

"Pemulihan pengeluaran wisatawan China yang bepergian ke luar negeri akan terus dipantau," ujar Chief Economist, Asia Pacific, Mastercard, David Mann.

Sebelum pandemi, wisatawan dari China daratan cenderung fokus pada kegiatan belanja, terutama barang-barang mewah saat mereka melancong ke luar negeri. Namun, setelah pandemi, pengeluaran untuk pengalaman seperti hiburan dan kuliner telah mengalami pemulihan yang lebih signifikan di antara para pelancong yang berangkat dari China daratan.

Perubahan prioritas pengeluaran perjalanan ini menandakan bahwa otoritas pariwisata dan peritel di seluruh dunia mungkin perlu menyesuaikan strategi untuk mempertahankan daya tarik bagi pengunjung dari China.

Mastercard Economics Institute (MEI) merilis laporan tahunan Menurut laporan Economic Outlook: Balancing Prices & Priorities mengenai prospektif ekonomi tahun depan. Laporan ini fokus pada analisis 13 pasar di Asia dan Oseania saja.

Penelitian ini mengandalkan beragam data, termasuk data penjualan Mastercard yang dikumpulkan dan disusun tanpa identitas. Juga berbagai model yang bertujuan untuk memproyeksikan aktivitas ekonomi, baik data publik maupun data eksklusif.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement