Ahad 07 Jan 2024 16:09 WIB

Film Superhero Menjamur di Bioskop, Dikritik Terlalu Dominan dan Kurang Cerdas

Menjamurnya film superhero membuat khawatir sutradara film Hollywood Amexander Payne.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Superhero di film Justice League. Dominasi film superhero dikritik sutradara Hollywood Alexander Payne.
Foto: HBO Max
Superhero di film Justice League. Dominasi film superhero dikritik sutradara Hollywood Alexander Payne.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dominasi film superhero di bioskop dikritik sutradara Hollywood, Alexander Payne. Komentar Payne itu serupa dengan sejumlah sutradara lainnya yang menyebut kebanyakan film pahlawan super tak mendalam dan kurang cerdas.

Dalam sebuah wawancara, Payne mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi perfilman di Amerika Serikat saat ini. Dia menjelaskan sejumlah sinema saat ini memiliki ritme yang lebih cepat, namun disebutnya punya muatan kurang cerdas.  

Baca Juga

"Jika seseorang tidak tampil bagus dalam film Anda, mereka juga tidak akan memberi Anda uang untuk membuatnya," ujar sineas yang mengarahkan film The Holdovers itu, dikutip dari laman ScreenRant, Ahad (7/1/2024).

Payne, yang baru-baru ini kembali menggarap film setelah beberapa tahun rehat, bukan satu-satunya yang mempertanyakan manfaat tayangan pahlawan super. Beberapa sineas berprestasi lain juga memberikan tanggapan negatif mengenai keadaan sinema modern.

Khususnya, peningkatan pesat produksi film pahlawan super. Waralaba film pahlawan super seperti Marvel Cinematic Universe dan DC Universe memang semakin populer selama dekade terakhir. Bahkan, ada yang masuk dalam daftar film terlaris di dunia. 

Meski mendapat tanggapan negatif dari beberapa pihak, film superhero terus meningkat popularitasnya karena basis penggemar yang kuat. Studio-studio besar pun tetap memproduksinya karena film demikian efektif menjual tiket dalam jumlah besar.

Tren para pembuat film ulung yang mengkritik film superhero dan mengaitkannya dengan kondisi industri saat ini bukanlah hal baru. Selama bertahun-tahun, sutradara dan pembuat film terkemuka mempertanyakan manfaat artistik dan nilai film pahlawan super. 

Beberapa tahun lalu, sutradara legendaris Martin Scorsese menjadi sorotan ketika dia menyatakan bahwa film Marvel "bukanlah film yang sebenarnya". Dia membandingkan pengalaman menonton film Marvel dengan pergi ke taman hiburan.

"Tontonan luar biasa yang mereka berikan menarik khalayak ramai dan studio-studio besar hampir selalu berinvestasi pada film-film yang menjual tiket di bioskop, terlepas dari kualitasnya," kata Scorsese.

Pendapat Scorcese bukannya tanpa alasan. Dia menyebut film pahlawan super semakin membosankan dengan formula itu-itu saja, dengan banyak sutradara mengulangi ide serupa. Namun, popularitas film-film superhero itu diprediksi tak akan surut.

Bukan rahasia lagi bahwa studio-studio besar di Hollywood fokus pada produksi film yang menarik banyak penonton. Di periode waktu sebelum ini, banyak rumah produksi menghadirkan secara massal film-film western dan komedi romantis yang kurang berkualitas.

Itu karena permintaan akan film-film tersebut sedang berada pada titik tertinggi. Sementara, saat ini, waralaba seperti Marvel Cinematic Universe dan DC Universe adalah yang menarik banyak perhatian. Oleh karenanya, meski kualitas dari jenis film itu terus diperdebatkan, tayangan serupa tampaknya tidak akan hilang dalam waktu dekat.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement