REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran menyebutkan beberapa jenis sayur-mayur dalam Surat Al Baqarah ayat 61. Salah satu yang disebutkan adalah bawang putih.
Allah SWT berfirman:
وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah..." (QS. Al Baqarah ayat 61)
Ibnu Al-Qayyim menyampaikan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
كل الثوم نيئا، فلولا أني أناجي الملك لأكلته
"Makanlah bawang putih mentah-mentah. Kalau aku tidak berbicara dengan malaikat, pastilah aku pun memakannya."
Riwayat lain lain disebutkan Dr Nadiah Thayyarah dalam "Sains dalam Al-Qur'an: Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah". Dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah diberi hadiah makanan yang mengandung bawang putih, tapi makanan itu beliau kirimkan kepada Abu Ayyub Al-Anshari.
Dia (Al Anshari) pun bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak menyukai makanan itu sehingga engkau mengirimkannya untukku?" Beliau menjawab, "Sesungguhnya aku kerap berbicara dengan (malaikat) yang kalian tidak bisa berbicara dengannya."
Dr Nadiah menjelaskan, hadits itu menggambarkan bahwa beliau sebenarnya menyarankan mengonsumsi bawang putih. Namun, disyaratkan agar seorang muslim tidak memakannya jika akan pergi ke masjid karena bau mulut yang diakibatkannya kurang sedap.
Sedangkan Rasulullah SAW memilih tidak mengonsumsi bawang putih karena beliau kerap berkomunikasi dengan malaikat Jibril yang dikenal tak suka dengan bau bawang putih.
Hadits lain menyebutkan, "Makanlah bawang putih dan gunakanlah ia sebagai obat karena ia mampu mengobati 70 macam penyakit. Kalaulah malaikat tidak datang (dan berbicara) denganku, pastilah aku pun memakannya." (HR. Ad-Dailami, dari Ali RA)
Dr Nadiah menjabarkan, para ahli tidak tahu persis kapan bawang putih pertama kali digunakan dalam makanan. Namun, bukti historis lain menyebutkan bahwa bangsa Sumeria telah menggunakan bawang putih sebagai obat sejak lebih dari 2600 tahun SM. Sekumpulan manuskrip tua berbahan daun lontar yang ditulis lebih dari 1500 tahun SM menegaskan bahwa bangsa Mesir kuno sangat mengandalkan bawang putih dalam dunia pengobatan.
Pada abad pertengahan, bawang putih disebarluaskan ke daratan Eropa dan mulai digunakan untuk mengobati penyakit pes (sampar) dan penyakit jantung. Selama beberapa abad, bawang putih digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati sejumlah penyakit infeksi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir bawang putih semakin dikenal luas karena kemampuannya mengobati penyakit kanker dan jantung.
"Bawang putih mengandung lebih dari 100 unsur kimiawi. Kandungannya yang terpenting adalah zat alisin, yaitu satu jenis asam amino yang mengandung sulfur. Namun zat ini tidak terdapat pada bawang putih yang masih segar, tapi baru terbentuk secara bertahap bersama unsur lainnya ketika dirajang ataupun ditumbuk," paparnya.
Lebih lanjut, Dr Nadiah mengungkapkan, para peneliti menyakini bahwa zat alisin itulah yang bertanggung jawab bagi efektivitas senyawa biologis yang terdapat pada bawang putih, sebagaimana para juru masak memahami bahwa zat itu pula yang menciptakan bau menyengat yang keluar dari bawang putih.