Ahad 07 Jan 2024 23:25 WIB

Prabowo Sindir Anies: Pemimpin Jangan Hanya Omon-Omon

Prabowo sebut gagasan politik Anies dengan sebutan omon-omon

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kanan) beradu gagasan dengan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) saat debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1/2024). Debat ketiga Pilpres 2024 yang diikuti oleh ketiga kandidat calon presiden tersebut bertema pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional dan politik luar negeri.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kanan) beradu gagasan dengan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) saat debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1/2024). Debat ketiga Pilpres 2024 yang diikuti oleh ketiga kandidat calon presiden tersebut bertema pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional dan politik luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres 02 Prabowo Subianto menilai gagasan politik dan hubungan luar negeri Capres 01 Anies Rasyid Baswedan dengan sebutan omon-omon. Prabowo mengatakan, Indonesia saat ini sudah berada di posisi sebagai negara percontohan bagi negara-negara di kawasan selatan belahan dunia.

Pernyataan itu menanggapi sanggahan Anies yang menilai posisi politik, dan hubungan internasional Indonesia sekarang ini, semakin merosot pascakepemimpinan Presiden Soekarno.

Ejekan Prabowo kepada Anies tersebut terjadi pada, debat Pilpres 2024, putaran ketiga yang digelar Ahad (7/1/2024). Dalam segmen kedua debat tersebut, panelis bertanya tentang subtema Hubungan Internasional terkait dengan kiprah Indonesia dalam Dasa Sila Bandung dan relasi geopolitik Indonesia di kawasan belahan dunia selatan.

Pertanyaan itu sebetulnya ditanyakan panelis kepada Capres 02 Prabowo. “Sebagai inisiator Dasa Sila Bandung 1955, Indonesia menginspirasi dunia dalam membangun kerja sama selatan-selatan. Apa strategi Paslon 02 untuk menyusun peta jalan yang lebih konkret dalam memperkuat kerja sama tersebut,” begitu pertanyaan panelis.

Prabowo menjawab pertanyaan tersebut dengan cara memperkuat kepemimpinan nasional. Juga paling penting kata Prabowo, agar Indonesia dalam hubungan internasional harus mengutamakan kepentingan ekonomi nasional. Dari kepentingan ekonomi itu, menurut Prabowo, otomatis akan memperkuat dalam negeri.

Dan itu, kata Prabowo, sudah dilakukan saat ini dengan praktik hilirisasi dalam menjaga, dan mengelola kekayaan alam Indonesia. Tujuannya, kata Prabowo tak lain adalah untuk mensejahterakan rakyat.

“Dengan begitu, kita akan disegani, kita akan didengar oleh semua negara, terutama oleh negara-negara selatan,” begitu kata Prabowo. “Kita sekarang, juga sudah menjadi panutan bagi banyak negara di Afrika, bagitu banyak di Afrika sekarang melihat ke kita, datang ke kita, minta belajar dari kita. Karena kita dianggap negara selatan yang cukup berhasil. Inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi masih ada, neraca pertagangan bagus, surplus perdagangan,” kata Prabowo lagi. 

Prabowo percaya, dalam lima tahun belakangan, dan masa-masa mendatang, tetap menjadikan Indonesia sebagai negara panutan bagi negara-negara selatan. “Jadi leadership kita, di dunia hubungan internasional akan tercermin dan ter-impact keberhasilan kita dalam mengelola kekayaan kita. Kita menghilangkan kemiskinan di negara kita, meraih teknologi, menjadi negara industri yang membuat kita memimpin dunia selatan,” begitu kata Prabowo. Namun Capres 01 Anies Baswedan menilai jawaban rival politiknya itu tak nyambung dari dasar pertanyaan yang diajukan panelis.

“Penjelasan tadi (Prabowo) tidak menggambarkan tentang peranan Indonesia di selatan-selatan. Itu hanya menggambarkan apa yang disampaikan Pak Prabowo tentang bagaimana membangun Indonesia,” begitu kata Anies. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan, politik, dan hubungan internasional Indonesia harus melihat contoh kepiawaian para pendiri bangsa yang pernah bercokol tinggi dalam mimbar-mimbar internasional.

“Yang harus dilakukan adalah seperti yang dilakukan ketika era Bung Karno,” begitu kata Anies.  Anies mencontohkan mantan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang mampu merangku semua negara-negara selatan-selatan. 

“Membawa apa yang menjadi agenda selatan-selatan. Bukan menceritakan tentang agenda kita,” begitu kata Anies. Anies mencontohkan agenda negara selatan-selatan saat ini yang begitu mendesak untuk dibawa Indonesia. “Kita berhadapan dengan climate crisis, yang biaya untuk menghadapi climate crisis itu sangat tinggi sekali,” begitu kata Anies.

Dia mengatakan, kepemimpinan Indonesia di masa mendatang harus membawa isu perubahan iklim tersebut bersama-sama negara selatan-selatan. Namun tanggapan Anies tersebut mendapat sindiran dari Prabowo.

Bagi Prabowo, peran Indonesia dalam politik, dan hubungan internasional mengharuskan adanya kepemimpinan yang cakap dalam memakmurkan masyarakatnya terlebih dahulu dengan memajukan perekonomian. Setelah itu, kata Prabowo, otomatis akan menjadi contoh bagi negara manapun.

“Kalau ngomong-ngomong, ya kumaha, jadi leadership.  Apakah negara, apakah perorangan, tetapi terutama juga negara harus dengan contoh. Kita mau memimpin, kita mau bawa agenda, kita mau cerita ini, cerita itu, hanya omon-omon tidak bisa. Kenapa negara-negara selatan melihat Indonesia? Karena kita berhasil membangun ekonomi kita. Jadi tidak hanya omon-omon. Kerjanya omon-omon saja. Nggak bisa,” begitu kata Prabowo.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement