Senin 08 Jan 2024 14:40 WIB

Ingatkan Ajaran Dharma, Tokoh Hindu Bali Respons Pernyataan Arya Wedakarna soal Jilbab

Tokoh Hindu sebut orang Bali memiliki sifat saling menghargai.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Salah satu tujuan wisata di Pulau Bali/Ilustrasi
Foto: www,dephut.go.id
Salah satu tujuan wisata di Pulau Bali/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tokoh Hindu Bali yang juga mantan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Nyoman Swisma, angkat bicara tentang sejumlah pernyataan Arya Wedakarna yang kontroversial.

"Warga Bali, khususnya yang beragama Hindu melaksanakan ajaran Dharma itu sangat mengghargai umat non-Hindu. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Vasudeva Kuthumbakam, artinya semua umat manusia adalah mahluk Tuhan dan bersaudara," kata Nyoman dalam pesan teks kepada Republika, Senin (8/1/2024).

Baca Juga

Hal itu, kata Nyoman, telah dibuktikan sejak dahulu saat kedatangan orang-orang dari luar Bali ke Bali, baik itu orang asing maupun orang dari dalam  Indonesia. Hal itu juga menunjukkan bahwa Bali sangat plural dan toleran. Demikian juga, kata dia, banyak orang Bali yang merantau ke luar Bali.

Dengan demikian dia menegaskan bahwa orang Bali memiliki sifat saling menghargai. Dia pun menyayangkan adanya pernyataan yang terjadi akibat kejadian di bandara yang cukup ramai menjadi perbincangan publik akibat pakaian yang dikenakan oleh petugas bea dan cukai.

Dia menyarankan bahwa lebih baik petugas bea dan cukai yang memiliki keahlian khusus dalam memeriksa barang dan penumpang yang datang ke Bali. "Dan mereka wajib memakai baju dinas Bea dan  Cukai, jika yang bersangkutan seorang Muslim maka yang bersangkutan wajib (dipersilakan)  memakai hijab. Dan kalau mengharuskan wanita Bali di depan untuk melaksanakan tugas pemeriksaan  dan penerimaan penumpang, bisa saja," kata Nyoman.

Namun dia juga menekankan bahwa ada hal yang perlu dipikirkan bersama-sama. Jika wanita Bali sedang mengalami libur tugas, maka sudah dipastikan yang bertugas di lini depan berasal dari wanita non-Bali yang boleh jadi memakai hijab.

"Yang penting mereka yang bekerja di Bali sama-sama saling menghargai, memiliki etika atau adab yang baik sesuai dengan ajaran agamanya masing masing. Mereka juga taat akan peraturan dasar hukum yang telah ditetapksn oleh pemerintah atau kementerian atau lembaga masing masing," ujar Nyoman.

Terkait saran dan masukan untuk Arya Wedakarna. Nyoman enggan berkomentar dan menyatakan tidak mempunyai saran ataupun masukan untuk senator Bali tersebut.

Sebagaimana diketahui, Senator Bali Arya Wedakarna menjadi sorotan setelah viral potongan video dirinya yang menyinggung soal jilbab yang dikenakan oleh wanita Muslim. Video tersebut menjadi kontroversial dan menuai kecaman dari para warganet.

Dalam video tersebut, Arya mengatakan tidak ingin ada wanita di bagian frontline yang menggunakan penutup kepala. Dia ingin wanita yang ada di garis depan itu terbuka rambutnya, karena Bali bukanlah Timur Tengah.

"Saya gak mau yang front line, front line itu, saya mau yang gadis Bali kayak kamu, rambutnya kelihatan terbuka. Jangan kasih yang penutup, penutup gak jelas, this is not Middle East. Enak aja Bali, pakai bunga kek, pake apa kek," ucap Arya dikutip Republika.co.id di Jakarta, Senin (1/1/2024).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement