Senin 08 Jan 2024 16:06 WIB

Politikus PAN: Anies Berbicara Etika tanpa Etika.

Anies dinilai susun segala premis dan proposisi untuk menjatuhkan Prabowo.

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) beradu gagasan dengan capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1/2024). Debat ketiga Pilpres 2024 yang diikuti oleh ketiga kandidat calon presiden tersebut bertema pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional dan politik luar negeri.
Foto: Republiika/Putra M Akbar
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) beradu gagasan dengan capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto saat debat capres di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (7/1/2024). Debat ketiga Pilpres 2024 yang diikuti oleh ketiga kandidat calon presiden tersebut bertema pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional dan politik luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Fraksi PAN DPR Saleh Partaonan Daulay menilai Debat Capres, Ahad (7/1/2024), menunjukkan bahwa Anies Baswedan bukanlah negarawan. Menurut dia, Anies dari penyampaian pendapat dan kritiknya jauh dari nilai moralitas.

“Anies berbicara etika tanpa etika. Merasa paling bermoral, tetapi dari penyampaian pendapat dan kritiknya jauh dari nilai moralitas itu sendiri,” kata Saleh, Senin (8/1/2024).

Baca Juga

Saleh melihat sejak awal Anies terlihat menyusun segala premis dan proposisi untuk menjatuhkan Prabowo. "Kalau menonton secara keseluruhan, orang pasti akan melihat betapa Anies sangat ambisius. Ambisius untuk menjadi presiden. Karenanya, ambisius ingin mengalahkan Prabowo dengan cara yang tidak terhormat,” ungkap Saleh.

Salah satu pernyataan yang tidak terhormat, menurut Saleh, adalah ketika dia memberikan nilai 11 dari skala 100 untuk Kementerian Pertahanan. Tidak jelas apa tolok ukur yang dijadikan sandaran. Para pengamat politik dan purnawirawan TNI sekali pun tidak ada yang memberikan penilaian seperti itu. 

"Pak Anies ini tahu apa soal TNI? Apa pernah latihan militer? Apa pernah bertugas menjaga NKRI di dalam dan luar negeri? Apa pernah masuk lumpur bersembunyi untuk menghindari gempuran musuh? Oh, ya, pelatihan bidang pertahanan apa yang sudah pernah didapatkannya sehingga merasa yakin memberikan penilaian seperti itu?" tanya Saleh.

Menurut Saleh, ada dua hal pokok yang perlu ditegaskan soal kesalahan penilaian itu. Pertama, Anies Baswedan adalah menteri yang diberhentikan oleh Presiden Jokowi. Kenapa diberhentikan? Jawabannya tentu Jokowi yang tahu. Tetapi, secara umum, pastilah karena tidak mampu dan tidak dibutuhkan. 

“Nah, bagaimana seseorang yang pernah diberhentikan menilai seorang menteri yang masih aktif dan berprestasi? Sangat tidak tepat dan pasti jauh dari kebenaran,” ungkap Saleh.

Kedua, Anies itu mantan gubernur DKI yang didukung Prabowo dan koalisi partai lain. Ia mempertanyakan, apakah mau kalau Prabowo dan koalisi partai-partai itu memberikan nilai 5 dari skala 100 atas kepemimpinannya di DKI? Pastilah tidak mau karena merasa berhasil dan menjadi pahlawan di masa kepemimpinannya. 

"Kalau mau jujur, banyak kegagalan yang terjadi di Jakarta. TKN Prabowo tahu betul soal itu dan punya datanya, bukan data asal-asalan. Namun, TKN Prabowo tidak mau membuka soal itu. Makanya tetap fokus dengan tawaran visi-misi dan program,” paparnya. 

Ditambahkan Saleh, selain menteri pertahanan, Prabowo itu adalah Ketua Umum Partai Gerindra. Prabowo mempunyai 78 orang anggota DPR RI, 288 anggota DPRD Provinsi, dan 1.970 anggota DPRD Kabupaten/kota se-Indonesia. Keberhasilan ini di bawah komando dan kepemimpinan Prabowo. Dari aspek ini, tidak ada keraguan atas kapasitas dan kepemimpinan Prabowo. 

"Bandingkan dengan Anies. Masuk partai aja gak berani. Bisanya hanya naiki perahunya partai-partai. Apa itu sebanding dengan Prabowo? Jauh sekali,” kata Saleh menyindir Anies.

Saleh berharap masyarakat bisa melihat semua ini secara jernih. Dengan begitu, bisa menilai siapa yang berjiwa patriot dan kesatria dan siapa yang ambisius dan hanya cari-cari peluang.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement