REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Jumlah warga Palestina di Jalur Gaza yang terbunuh akibat agresi Israel telah menembus 23 ribu jiwa. Angka itu dihitung sejak Israel memulai agresinya pada 7 Oktober 2023 dan berlangsung hingga kini.
“Pengeboman yang terus dilakukan pendudukan Israel di berbagai wilayah di Jalur Gaza, khususnya wilayah tengah dan selatan, pada hari ke-94, telah mengakibatkan terbunuhnya dan terlukanya puluhan warga, yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, menjadikan jumlah korban meninggal di daerah kantong pantai itu menjadi lebih dari 23 ribu orang,” tulis kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya, Senin (8/1/2024).
Koresponden WAFA melaporkan bahwa drone quadcopter Israel yang dilengkapi senapan melepaskan berondongan tembakan secara intens ke berbagai daerah di kota Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah. Menurut beberapa sumber lokal yang dikutip WAFA, wilayah Jalur Gaza tengah sedang menghadapi gempuran hebat dari Israel.
Pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara ke Jalan Al-Nuseirat, Al-Maghazi, Al-Bureij, dan Salah Al-Din. Sejumlah warga terluka dan terbunuh akibat serangan tersebut.
Wilayah utara Jalur Gaza juga masih menghadapi gempuran. Padahal Israel sebelumnya pernah mengklaim bahwa pertempurannya dengan Hamas di wilayah utara sudah bisa diatasi. Serangan Israel ke Jabalia dan Beit Hanoun yang berada di utara pada Senin kemarin dilaporkan mengakibatkan puluhan warga Gaza meninggal.
Pekan lalu Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah merilis rencana negaranya untuk Jalur Gaza pasca perang dengan Hamas berakhir. Dalam rencana itu, Israel tidak akan menduduki dan memerintah Gaza. Namun Israel pun menolak Hamas memimpin kembali wilayah tersebut.
Berdasarkan rencana Gallant, perang yang saat ini masih berlangsung di Gaza akan dilanjutkan hingga Israel berhasil membebaskan orang-orang yang disandera Hamas. Israel pun ingin menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas di Gaza guna menciptakan fase baru.
"Hamas tidak akan mengendalikan Gaza dan tidak akan menimbulkan ancaman keamanan bagi warga Israel,” kata Gallant dalam rencananya yang dirilis Kamis (4/1/2024), dikutip laman TRT World.
Dalam rencana Gallant, badan-badan Palestina akan mengambil alih pemerintahan di Jalur Gaza. Namun tak disebutkan secara eksplisit badan apa saja yang bakal mengemban tugas tersebut.
“Penduduk Gaza adalah warga Palestina, oleh karena itu badan-badan Palestina akan bertanggung jawab, dengan syarat tidak akan ada tindakan permusuhan atau ancaman terhadap negara Israel,” ungkapnya.
Dalam rencana yang disusun Gallant, ketika nanti perang dengan Hamas usai, militer Israel akan memiliki hak untuk beroperasi di Gaza.
“(Namun) tidak akan ada kehadiran warga sipil Israel di Jalur Gaza setelah tujuan perang tercapai,” ucapnya.