REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan diplomasi Indonesia telah melakukan berbagai aksi nyata dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Retno mengatakan Indonesia telah menunjukkan komitmen dan kepemimpinan dalam mengatasi perubahan iklim di berbagai forum multilateral.
"Indonesia memimpin dengan memberi contoh untuk menurunkan laju deforestasi dan kebakaran hutan, rehabilitasi hutan mangrove dan lahan kritis, dan menargetkan emisi nol bersih selambat-lambatnya pada 2060," kata Retno saat menyampaikan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 di Gedung Merdeka, Bandung, Senin (8/1/2024).
Retno menyebut langkah nyata Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim juga ditunjukkan dengan menjadi salah satu inisiator Asia Zero Emission Community (AZEC) bersama Jepang.
AZEC merupakan platform kerja sama untuk mendorong pencapaian emisi nol bersih di kawasan. Negara peserta AZEC selain Indonesia dan Jepang adalah Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Indonesia bahkan mendapat dukungan Jepang untuk 24 proyek transisi energi, sebagai hasil konkret dari KTT yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang, akhir tahun lalu. Proyek-proyek transisi energi yang mendapat dukungan Jepang merupakan kerja sama dengan sejumlah pihak, antara lain dengan PT PLN (Persero), dengan PPT Energy Trading Co Ltd, dengan Pupuk Indonesia, dan dengan Otorita IKN.
Selain itu, Retno menyampaikan, Indonesia juga telah memiliki mekanisme pembiayaan inovatif yang kredibel untuk melakukan transisi energi menuju energi terbarukan, yakni melalui Energy Transition Mechanism dan Just Energy Transition Partnership (JETP), yang diluncurkan di sela-sela KTT G20 di Bali pada November 2022.
Meski demikian, Retno menyatakan upaya untuk menghadapi perubahan iklim membutuhkan komitmen, dan kerja sama dari setiap negara. Untuk itu, Indonesia terus mendorong agar setiap negara memiliki tanggung jawab bersama dalam melawan perubahan iklim.