REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Selama perang genosida Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza saat ini, media Israel mengungkap perincian kisah seorang bayi Palestina, yang diculik oleh seorang tentara di Brigade Givati. Hingga kemudian bayi tersebut terbunuh dalam pertempuran yang sedang berlangsung di Jalur Gaza utara pada 22 November 2023.
Merunut pada masa lalu, kejahatan menculik anak-anak di Israel ternyata bukanlah hal yang baru. Kejahatan ini mengakar dalam keyakinan masyarakat Israel. Didahului kejahatan mengerikan yang mengakibatkan anak-anak Yahudi keturunan Yaman menjadi korbannya.
Pada pertengahan abad yang lalu, khususnya antara tahun 1949 dan 1950, dan di tengah meluasnya perpindahan dan pemukiman kembali orang-orang Yahudi di Palestina, Israel membawa sekitar 50 ribu orang Yahudi dan anak-anaknya, yang tinggal di Yaman, ke wilayah pendudukan Palestina.
Setibanya mereka di Palestina, muncullah kasus hilangnya anak-anak yang kemudian dikenal sebagai Kasus Anak-anak Yaman. Lebih dari 10 ribu anak-anak Yahudi Yaman hilang.
Pihak berwenang Israel mengklaim pada saat itu bahwa anak-anak tersebut meninggal di rumah sakit karena penyakit menular, dan keluarga mereka telah diberitahu mengenai hal ini. Namun otoritas Israel tidak memberikan sertifikat kematian.
Beredar informasi bahwa mereka diculik dengan tujuan untuk dijual kepada keluarga kaya asal Eropa dan Amerika yang mencari anak untuk diadopsi, dan banyak bayi baru lahir diculik dalam operasi resmi rahasia yang terorganisir.
Tujuannya untuk menyerahkan mereka kepada orang-orang Yahudi yang selamat yang tidak memiliki anak pada peristiwa Holocaust Nazi. Informasi lain menyebut tujuan penculikan mereka adalah untuk eksperimen medis terhadap mereka.
Lantas bagaimana awal mula persoalan anak-anak Yaman? Kisah persoalan anak-anak Yahudi Yaman ini bermula ketika ribuan anak-anak imigran Yahudi Yaman yang kondisi kesehatannya buruk dirawat di rumah sakit.
Mereka dirawat di rumah sakit setelah otoritas Israel dengan sengaja mengumpulkan orang-orang Yahudi Yaman di ma'abarot, yaitu tenda dan gubuk sementara yang didirikan untuk menampung para imigran dan anak-anak. Mereka ditampung tanpa layanan kesehatan sehingga menyebabkan anak-anak Yaman tertular penyakit. Sebagian besar mereka berada dalam kondisi kesehatan yang buruk. Beberapa di antaranya menderita kekurangan gizi.
Lalu para pejabat di Kementerian Kesehatan Israel dan Badan Imigrasi Yahudi memanfaatkan kondisi ini untuk menerapkan rencana paling keji untuk memisahkan anak-anak Yaman dari keluarga mereka, dengan mengklaim bahwa semua anak yang dipindahkan dari Ma'abarot ke klinik dan rumah sakit telah meninggal dunia.
Ketika keluarga anak-anak tersebut datang menjenguk, mereka diberitahu bahwa anak-anaknya telah meninggal dunia dan sudah dikubur. Dalam kebanyakan kasus, orang tua anak-anak tersebut tidak memperoleh akta kematian anak-anak mereka, dan mereka juga tidak diperbolehkan untuk melihat jenazah anak-anak tersebut.
Bahkan sebagian keluarga yang mendapat kesempatan membuka kuburan anak-anak mereka, menemukan bahwa kuburan tersebut kosong. Kondisi menimbulkan pertanyaan yaitu apa yang terjadi dengan anak-anak tersebut dan ke mana mereka pergi.
Nasib anak-anak Yahudi Yaman didasarkan pada tiga narasi yang muncul. Pertama adalah operasi penculikan terorganisir di tingkat tertinggi untuk memberikan anak kepada beberapa pasangan Yahudi Ashkenazi asal Eropa dan penduduk asing.
Apalagi adat istiadat Yahudi mengharuskan asal usul warga negara harus Yahudi selama 5 generasi dari pihak ibu. Karena itu, orang-orang Yahudi Ashkenazi yang tidak memiliki anak dapat menemukan apa yang mereka cari pada anak-anak orang Yahudi Yaman, karena orang-orang Yahudi Timur tidak menikah dengan orang-orang di luar kelompoknya, sehingga tidak ada keraguan soal keyahudian anak-anak tersebut.
Para pelaksana rencana ini juga menawarkan bahwa anak-anak yang diadopsi keluarga kaya akan memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan jika mereka tetap tinggal di keluarga asal mereka yang miskin dan terbelakang.
Adapun narasi kedua menyatakan sebagian besar anak-anak meninggal karena penyakit, kecuali beberapa kasus yang disebabkan oleh kesalahan manusia.
Dalam narasi ketiga, tujuan penculikan mereka adalah untuk melakukan percobaan medis terhadap mereka. Memang, dokumen resmi Israel mengungkapkan bahwa ratusan anak-anak Yahudi Yaman telah menjadi sasaran percobaan medis di Israel.
Komite tindak lanjut kasus ini juga menerbitkan gambar-gambar dari beberapa anak tersebut, yang menggambarkan mereka telanjang di ruangan yang menyerupai laboratorium ilmiah.
Masalah anak-anak Yaman masih menjadi perdebatan antara pemerintah Israel dan keluarga-keluarga Yaman selama lebih dari 74 tahun. Tiga komite yang menyelidiki kasus ini menyangkal bahwa anak-anak Yaman telah menjadi sasaran pencurian dan penculikan.
Hasil penyelidikannya, anak-anak tersebut meninggal meski pihak keluarga tidak menerima jenazah anaknya, dan sebagian pihak keluarga yang lain tidak diberitahu tempat pemakaman anak mereka.
Selama beberapa tahun setelah itu, otoritas Israel mengakui anak-anak tersebut memang diculik dari keluarganya, tanpa memberitahu bagaimana nasib akhir anak-anak tersebut. Pengakuan ini muncul setelah puluhan keluarga Yahudi Yaman mengajukan gugatan kolektif, menuntut kompensasi sebesar jutaan dolar dari otoritas Israel dan Badan Yahudi.
Terlebih, lembaga terkait di Israel tidak memberikan penjelasan atas hilangnya anak-anak tersebut, dan berkas terkait masalah anak Yaman ini juga tetap dirahasiakan oleh pihak Israel.
Setelah pihak berwenang Israel mengakui hilangnya anak-anak tersebut, kompensasi bagi keluarga yang terkena dampak ditetapkan sebesar 40 ribu dolar AS untuk anggota keluarga yang anaknya meninggal. Namun keluarga anak tersebut tidak diberitahu soal kematiannya dan tempat pemakamannya.
Sumber: