Selasa 09 Jan 2024 21:09 WIB

Lalu Lintas di Laut Merah Merosot Tajam Sejak Serangan Houthi

Houthi masih lakukan serangan di Laut Merah

Ilustrasi Houthi Yaman. Houthi masih lakukan serangan di Laut Merah
Foto: EPA-EFE/OSAMAH YAHYA
Ilustrasi Houthi Yaman. Houthi masih lakukan serangan di Laut Merah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Lalu lintas di Laut Merah sepanjang Desember 2023 menurun sampai 25 persen karena berbagai perusahaan pelayaran terpaksa menghentikan operasi atau mengubah rute ke Cape Town di Afrika Selatan. 

Pemindahan rute itu dilakukan banyak perusahaan setelah Houthi di Yaman menyerang setiap kapal dagang yang terkait konflik Israel-Hamas.

Baca Juga

Seperti dilansir Anadolu, kelompok Houthi yang disokong Iran dan dikenal dengan Ansar Allah secara signifikan meningkatkan keterlibatan mereka dalam konflik di Jalur Gaza.

Kelompok tersebut mengingatkan bahwa mereka akan menyerang setiap kapal yang akan berlayar ke Israel jika melewati Laut Merah. Rute tersebut paling sering dilalui oleh kapal-kapal pengangkut minyak dan bahan bakar.

Ancaman yang dikeluarkan Houthi itu merupakan bentuk dukungan pada perjuangan Palestina dalam menghadapi agresi Israel di Gaza. Akibatnya, beberapa perusahaan kontainer terbesar dunia membatalkan operasi mereka di kawasan tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari MarineTraffic, sebuah layanan penyedia pelacakan kapal dan analisis kelautan, lalu lintas kapal sejak serangan Houthi  menurun secara signifikan. 

Penurunan terutama terjadi pada pertengahan Desember 2023 setelah banyak perusahaan pelayaran memutuskan untuk menghentikan operasi wilayah tersebut.

Sebagai dampaknya, kapal kontainer kemudian terpaksa mengalihkan rute dan memutar melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

Selama periode Desember 2023, jumlah kapal jenis ro-ro yang melintas melewati Laut Merah juga menurun sebesar 25 persen. Namun,  tidak perubahan yang signifikan pada kapal pengangkut gas alam cair, LPG, dan kapal kargo bermuatan kering.

Perusahaan pelayaran yang menghentikan operasi melewati Selat Babel Mandep di Laut Merah antara lain adalah Maersk (Denmark), SMC (Italia-Swiss), Hapag-Lloyd (Jerman), CMA CGM (Prancis), serta perusahaan energi BP (Inggris). Sepanjang 16-31 Desember, jumlah pelayaran turun dari 681 menjadi 521.

Baca juga: Dilanda Rasa Sempit dan Sulit Jalani Hidup? Baca Doa yang Diabadikan Alquran Ini

Dampak dari konflik di Laut Merah tersebut, jumlah kapal yang melewati Tanjung Harapan meningkat sampai 27 persen sepanjang periode 25-31 Desember 2023.

Pihak Maersk pada 5 Januari tahun ini mengumumkan bahwa salah satu kapal mereka diserang oleh Houthi dan memutuskan untuk mengalihkan rute, yang sebelumnya melewati Laut Merah atau Teluk Aden, ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

Mengalihkan pelayaran ke Tanjung Harapan di ujung selatan benua Afrika tersebut berarti penambahan waktu perjalanan antara 10 sampai 14 hari dengan jarak tempuh 6.500km.

Perusahaan pelayaran juga harus menanggung biaya tambahan sebesar satu juta dolar AS (sekitar Rp15 miliar) untuk setiap kapal, ditambah biaya asuransi dan waktu pengiriman.

photo
BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement