Rabu 10 Jan 2024 07:21 WIB

Biasnya Media AS dalam Laporan Tentang Perang Gaza

Laporan mengungkap ketidakseimbangan yang mencolok dalam cara pemberitaan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Peluru bekas mengotori tanah di penyeberangan Erez akibat serangan Hamas pada (7/10/2023), yang merupakan satu-satunya penyeberangan antara Israel dan Jalur Gaza.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Peluru bekas mengotori tanah di penyeberangan Erez akibat serangan Hamas pada (7/10/2023), yang merupakan satu-satunya penyeberangan antara Israel dan Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Situs media non-profit The Intercept menggelar analisis kuantitatif, yang menemukan liputan media arus utama Amerika Serikat (AS) pada perang Gaza 'bias'. Temuan ini menunjukkan liputan media-media AS pada serangan ke Gaza yang sudah selama enam pekan ini cenderung mengarah pada narasi yang dibuat Israel.

The Intercept mengatakan mereka mengumpulkan lebih dari 1.000 artikel dari The New York Times, The Washington Post dan The Los Angeles Times mengenai perang tersebut dan dan menghitung penggunaan istilah-istilah kunci tertentu dan konteks penggunaannya. "Hasil penghitungan tersebut mengungkapkan ketidakseimbangan yang mencolok dalam cara pemberitaan mengenai tokoh-tokoh Israel dan pro-Israel dibandingkan dengan tokoh-tokoh Palestina dan suara-suara pro-Palestina dengan penggunaan istilah-istilah yang lebih mengunggulkan narasi-narasi Israel dibandingkan dengan narasi-narasi Palestina," kata The Intercept dalam laporannya seperti dikutip dari Aljazirah, Selasa (9/1/2024).

Baca Juga

Surat kabar-surat kabar tersebut menggunakan istilah "slaughter" atau pembantaian untuk menggambarkan pembunuhan warga Israel versus Palestina dengan perbandingan 60 banding satu. Artinya hanya satu kali kata "slaughter" digunakan untuk menggambarkan kekerasan yang dilakukan Israel pada Palestina.

"Massacre" digunakan untuk menggambarkan pembunuhan warga Israel versus Palestina dengan perbandingan 125 banding dua, sementara "horrific" digunakan 36 banding empat. The Intercept menemukan meskipun perang Israel di Gaza  merupakan perang paling mematikan bagi anak-anak dan hampir seluruhnya warga Palestina dalam sejarah modern, "Hanya dua berita utama dari lebih dari 1.100 artikel berita dalam penelitian ini yang menyebutkan kata 'anak-anak' yang terkait dengan anak-anak Gaza."

Sementara itu di saat yang sama Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghindari kematian lebih lanjut terhadap warga sipil di Gaza. "Menlu menegaskan kembali dukungan kami terhadap hak Israel untuk mencegah terulangnya serangan teroris pada tanggal 7 Oktober dan menekankan pentingnya menghindari kerugian lebih lanjut terhadap warga sipil dan melindungi infrastruktur sipil di Gaza," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengenai pembicaraan antara Blinken dan Netanyahu di Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement