Rabu 10 Jan 2024 07:33 WIB

Berkenalan dengan Gabriel Attal, Perdana Menteri Termuda Prancis

Beberapa bulan terakhir Attal menjadi salah satu politisi paling populer di Prancis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Perdana Menteri Prancis, Gabriel Attal
Foto: Instagram/Gabriel Attal
Perdana Menteri Prancis, Gabriel Attal

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjuk Menteri Pendidikan Gabriel Attal sebagai perdana menterinya yang baru. Ia mencoba memberikan napas baru pada masa jabatan keduanya menjelang pemilihan parlemen Eropa.

Attal menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah Prancis dan satu-satunya yang mengaku sebagai homoseksual secara terbuka. Penunjukannya tidak berarti akan menimbulkan pergeseran politik besar.

Baca Juga

Tapi, memberi sinyal Macron ingin bergerak dari reformasi pensiun dan imigrasi yang tidak populer dan meningkatkan peluang bagi partai moderatnya dalam pemilihan Eropa pada Juni mendatang.

"@GabrielAttal yang terhormat, saya tahu saya bisa mengandalkan energi dan komitmen anda untuk mengimplementasikan proyek revitalisasi dan regenerasi yang saya umumkan," kata Macron di media sosial X, Selasa (9/1/2023).  

Karena partainya bukan mayoritas di parlemen, Macron berjuang untuk mendorong agenda reformasinya di masa jabatan keduanya. Ia mencoba menarik dukungan pemilih konservatif untuk melawan tumbuhnya popularitas kelompok sayap kanan.

Dalam jajak pendapat partai Macron tertinggal delapan sampai sepuluh poin dari partai sayap kanan yang dipimpin Marine Le Pen. Gabungan usia Macron, 46 tahun dan Attal masih di bawah usia Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang maju untuk masa jabatan kedua dalam pemilihan presiden tahun ini.

Beberapa bulan terakhir Attal menjadi salah satu politisi paling populer di Prancis. Sebagai loyalis Macron ia ditunjuk sebagai juru bicara pemerintah selama masa pandemi Covid-19 dan mendapatkan reputasi sebagai komunikator yang handal.

Attal menggantikan Elisabeth Borne yang berusia 62 tahun. Borne merupakan perempuan kedua yang pernah menjadi sebagai perdana menteri Pancis. Masa jabatan teknokrat pekerja keras yang hanya satu setengah tahun itu diwarnai unjuk rasa penolakan reformasi sistem pensiun dan kerusuhan yang dipicu penembakan polisi terhadap remaja keturunan Afrika.

Macron dan Attal mungkin butuh beberapa hari untuk menamakan pemerintahan mereka. Staf kantor kepresidenan Prancis mengatakan pekan ini rapat kabinet yang biasanya dilakukan hari Rabu tampaknya tidak akan diadakan.

Beberapa pekan terakhir Macron yang kesulitan menghadapi parlemen yang semakin bergejolak telah memberi sinyal akan adanya perubahan. Namun oposisi dan pemilih skeptis.

"Dengan penunjukkan Gabriel Attal, Emmanuel Macron ingin mempertahankan popularitas untuk mengurangi rasa sakit akibat berakhirnya masa pemerintahannya yang tak berkesudahan," kata ketua partai Rally Nasional Marine Le Pen, Jordan Bardella yang berusia 28 tahun.

Salah seorang warga Paris, Sophie Varillon mengatakan Macron membuat keputusan penting di politik Prancis. "Apakah reshuffle memberikan perubahan pada kami? Secara pribadi tidak banyak," katanya.

Namun Anggota Parlemen Patrick Vignal dari Partai Renaissance yang dipimpin Macron mengatakan Attal "sedikit seperti Macron pada 2017" merujuk masa jabatan pertama Macron sebagai presiden termuda dalam sejarah Prancis modern. Ia merupakan sosok populer saat itu. "Attal itu jelas, ia memiliki otoritas," kata Vignal

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement