REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Agama Islam yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia telah mengajarkan prinsip berdebat yang baik dan benar.
Prinsip berdebat menurut ajaran Islam diabadikan dalam Surat An-Nahl Ayat 125, berikut ini arti dan tafsir ayat tersebut yang menjelaskan prinsip berdebat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl Ayat 125)
Dalam ayat ini, tafsir Kementerian Agama menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah SWT. Jalan Allah SWT di sini maksudnya adalah agama Allah SWT, yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari dalam mengemban tugas dakwah.
Pertama, Allah SWT menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah SWT sebagai jalan menuju ridha-Nya, bukan dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah) ataupun untuk golongan dan kaumnya. Rasulullah SAW diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata.
Kedua, Allah SWT menjelaskan kepada Rasulullah SAW agar berdakwah dengan hikmah. Hikmah itu mengandung beberapa arti. Yakni, (pertama) pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu, dengan pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
(Kedua) perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau syubhat (meragukan). (Ketiga) mengetahui hukum-hukum Alquran, paham Alquran, paham agama, takut kepada Allah SWT, serta benar perkataan dan perbuatan.
Arti hikmah yang paling mendekati kebenaran adalah arti pertama yaitu pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu memberi manfaat. Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, agar mudah dipahami umat.
Ketiga, Allah SWT menjelaskan kepada Rasulullah SAW agar dakwah itu dijalankan dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukkan, sehingga dapat diterima dengan baik.
Tidak patut jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan ketakutan dalam jiwa manusia.
Orang yang melakukan perbuatan dosa karena kebodohan atau ketidaktahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan secara terbuka di hadapan orang lain sehingga menyakitkan hati.