Sabtu 13 Jan 2024 04:00 WIB

Lima Kesalahan Terbesar yang Sering Dilakukan Kakek-Nenek

Ada beberapa hal yang dapat memperparah ketegangan keluarga.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Nenek dan cucu (ilustrasi). Menghujani cucu dengan hadiah merupakan perilaku khas kakek-nenek.
Foto: Republika/Amin madani
Nenek dan cucu (ilustrasi). Menghujani cucu dengan hadiah merupakan perilaku khas kakek-nenek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kakek dan nenek biasanya menganggap bahwa mengurus cucu adalah hal yang mudah dan penuh kegembiraan dibandingkan mengurus anak sendiri saat dulu. Namun, ada beberapa hal yang membuat kakek-nenek stres dan juga memperparah ketegangan dengan anak yang sudah dewasa.

Jika Anda telah menjadi kakek atau nenek serta ingin memupuk hubungan yang kuat dan meminimalkan konflik dengan cucu dan anak, berikut beberapa kesalahan yang perlu dihindari, menurut para ahli. Dikutip dari Huffington Post, Jumat (11/1/2023), ada pula beberapa saran untuk menjadi lebih baik.

Baca Juga

 

1. Memberi hadiah yang tidak disetujui anak

Menghujani cucu dengan hadiah merupakan perilaku khas kakek-nenek. Di sisi lain, pemberian hadiah dapat menjadi sumber ketegangan jika Anda dan anak tidak sepakat mengenai pemberian hadiah itu.

"Kadang-kadang, kakek-nenek mendapat masalah karena mereka membelikan cucunya barang-barang yang mungkin tidak disetujui oleh orang tuanya, terlalu mahal, atau terlalu berlebihan," kata seorang konselor profesional di San Antonio, Christopher Hansen.

Cara terbaik untuk menghindari hal ini adalah berdiskusi dengan anak tentang hadiah apa yang akan dibeli untuk cucu. Hal ini memperjelas ekspektasi semua orang dan membuat anak tahu bahwa Anda menghormati otoritas mereka, sehingga membantu menumbuhkan kepercayaan.

2. Tidak menghormati jadwal anak

"Mampir tanpa pemberitahuan sebelumnya, jelas merupakan hal yang tidak boleh dilakukan," kata terapis pernikahan dan keluarga profesional di Washington dan Florida, AS, Robin Kay Stilwell.

Melakukan hal itu sama saja mengirimkan pesan bahwa kenyamanan anak bukanlah prioritas. Sering kali, Anda lupa bahwa orang tua cucu yang juga merupakan anak Anda, memiliki kehidupan yang penuh dengan pekerjaan dan komitmen lainnya, serta tidak selalu punya waktu atau ingin memiliki waktu untuk menerima Anda karena mereka kerap merasa lelah dan menjalani kehidupan mereka sendiri.

Itu berarti Anda tidak harus mengunjungi cucu sesering atau selama yang diinginkan, namun ingatlah bahwa kualitas waktu yang dihabiskan bersama cucu lebih penting daripada kuantitasnya. Lakukan peran Anda dengan hadir dan menghormati komitmen apa pun yang dibuat anak.

 

3. Mengkritik gaya parenting anak

Mungkin sulit untuk tetap diam jika melihat anak melakukan kesalahan yang tampak jelas. Pastikan bahwa jika Anda menyampaikan kekhawatiran itu sembari tetap menghormati otoritas anak.

Stilwell menyebut, kakek-nenek sering kali memiliki pendekatan berbeda dalam mengasuh anak yang mungkin bertentangan dengan cara anaknya membesarkan cucunya. Mungkin juga berbeda dengan cara mereka mengasuh anak-anak yang sudah dewasa.

"Baik orang tua maupun kakek-nenek bisa saja bersikap menghakimi dan mengkritik gaya orang lain, dan itu dapat menimbulkan keretakan hubungan dengan cucu," kata Stilwell.

Anda mungkin merasa tidak dihargai jika anak tampak mengabaikan pengalaman Anda selama bertahun-tahun. Namun, pada akhirnya, anak harus membuat keputusan yang terbaik bagi keluarga mereka.

Jika menyangkut hal-hal seperti peraturan dan disiplin rumah tangga, ada baiknya jika Anda mengajak diskusi terlebih dahulu. Harapan yang jelas dapat mencegah konflik di kemudian hari. Kehati-hatian ekstra diperlukan dalam hubungan mertua dan menantu, khususnya dalam kasus perceraian.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement