Kamis 11 Jan 2024 18:36 WIB

Presiden Ekuador Umumkan Perang Terbuka Terhadap Kartel Narkoba

Presiden Ekuador janji kembalikan keamanan masyarakat

Presiden Ekuador, Daniel Noboa,  janji kembalikan keamanan masyarakat
Foto: EPA-EFE/MAURICIO TORRES
Presiden Ekuador, Daniel Noboa, janji kembalikan keamanan masyarakat

REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY— Presiden Ekuador, Daniel Noboa, mengumumkan perang terhadap kartel narkoba setelah tiga hari gelombang kekerasan terjadi, ketika geng-geng tersebut bentrok dengan angkatan bersenjata negara itu. 

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio lokal Radio Canela, pada Rabu (10/1), Noboa berbicara tentang aksi teroris dan peningkatan kekerasan yang dramatis yang telah mengguncang Ekuador. 

Baca Juga

"Kami sedang berperang. Kami tidak bisa menyerah kepada para teroris ini. Kami melakukan apa yang diperlukan untuk menghilangkan ketidakamanan. Geng-geng ini berpikir bahwa mereka akan menghancurkan presiden dengan menyerbu siaran televisi dan menyandera pasukan keamanan, tetapi mereka tidak akan berhasil," kata Noboa. 

Bentrokan bersenjata sejauh ini telah menyebabkan 11 korban tewas. Pihak berwenang juga melaporkan tindakan kekerasan seperti pembakaran kendaraan, blokade, dan pemboman di sejumlah provinsi. 

Selain itu, Layanan Nasional untuk Perhatian terhadap Orang yang Dirampas Kebebasannya, badan yang bertanggung jawab atas penjara-penjara di negara tersebut, pada Rabu mengumumkan bahwa para narapidana telah menyandera 139 penjaga dan staf lainnya. 

Pada Selasa (9/1/2025), Noboa mengumumkan konflik bersenjata internal dan menyatakan 22 kelompok kriminal aktif di negara tersebut sebagai organisasi teroris. 

Melalui keputusan presiden, dia mengerahkan pasukan untuk memerangi geng kriminal yang meneror penduduk. 

Menurut Noboa, melabeli kelompok tersebut sebagai organisasi teroris memungkinkan pemerintah mengambil berbagai tindakan terhadap mereka. 

“Semua kelompok teroris ini adalah sasaran militer, dan jika Anda ingin melawan…beranilah dan lawan militer secara langsung,” ujar dia. 

Keputusan tersebut ditandatangani setelah orang-orang bersenjata menyerbu masuk ke stasiun televisi TC Television di Kota Guayaquil selama siaran langsung, menyandera sambil mengacungkan senjata dan granat. 

Pada hari yang sama, orang-orang bersenjata mengambil alih fasilitas sebuah universitas di Guayaquil, menodongkan senjata kepada para mahasiswa. 

Tiga belas tersangka telah ditangkap atas serangan di studio televisi. 

Noboa juga mengumumkan langkah-langkah ekstrem seperti pemberlakuan jam malam di Ekuador dan tindakan keras terhadap pejabat kehakiman. 

“Kami akan mempertimbangkan hakim dan jaksa yang mendukung para pemimpin kelompok teroris ini sebagai bagian dari kelompok teroris juga,” kata dia saat wawancara radio. 

Noboa juga mengatakan negaranya akan mulai mendeportasi tahanan asing, terutama warga Kolombia, untuk mengurangi populasi penjara, mengingat bahwa tahanan dari Kolombia, Peru, dan Venezuela mewakili 90 persen warga asing yang dipenjara di Ekuador. Menurut Presiden, sebanyak 1.500 tahanan asal Kolombia akan dideportasi pekan ini. 

Baca juga: 5 Pilihan Doa Ini Bisa Jadi Munajat kepada Allah SWT Perlancar Rezeki

Gelombang kekerasan terjadi di Ekuador menyusul kaburnya Jose Adolfo Macias, alias "El Fito", pemimpin "Los Choneros", sebuah organisasi kekerasan yang bertanggung jawab atas perdagangan narkoba di negara tersebut dan diduga merupakan cabang bersenjata Kartel Sinaloa, sindikat kriminal Meksiko.

Ahad lalu, Macias melarikan diri dari selnya di penjara Litoral di Guayaquil bersama dengan narapidana terkenal lainnya. 

Dia menjalani hukuman 34 tahun penjara sejak 2011 setelah dinyatakan bersalah atas perdagangan narkoba, pembunuhan, dan kejahatan terorganisasi. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement