REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz Bin Salman, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengalihkan fokus ke semua jenis energi, bukan hanya minyak. Menurut dia, hal ini menjadi salah satu upaya Saudi dalam menanggapi isu-isu perubahan iklim.
Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, mendukung kesepakatan pada KTT iklim PBB (COP) di bulan Desember lalu untuk mengalihkan ekonomi global ke bentuk-bentuk energi yang lebih bersih.
Namun kelompok produsen minyak yang dipimpin Saudi, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), telah menentang pihak yang terdiri atas 100 negara yang melobi untuk menghapuskan penggunaan minyak, gas, dan batu bara dalam kesepakatan akhir COP28. Hingga akhirnya, istilah yang disepakati adalah “beralih” bukan “menghapus” bahan bakar fosil.
Arab Saudi mengatakan bahwa penggunaan bahan bakar fosil dapat terus berlanjut seiring dengan langkah-langkah untuk menangkap emisinya.
"Banyak orang yang masih tertarik untuk terus memproduksi bahan bakar fosil. Namun, seperti halnya kita, kita harus mengajak semua orang untuk melakukan hal ini, kita harus bekerja untuk mengurangi bahan bakar fosil ini," ujar Pangeran Abdulaziz dalam sebuah konferensi pertambangan di Riyadh seperti dilansir Reuters, Kamis (11/1/2024).
"Sebuah negara, kita tidak lagi disebut sebagai negara penghasil minyak terkemuka. Kita ingin disebut sebagai negara penghasil energi, semua jenis energi," kata dia.
Mengutip rencana transisi kerajaan yang mencakup energi terbarukan, produksi hidrogen hijau, dan teknologi penangkap karbon, Pangeran Abdulaziz mengatakan bahwa Arab Saudi bertujuan untuk menjadi penyedia semua jenis energi secara global.
"Anda ingin hidrogen hijau, Anda bisa mendapatkannya, Anda ingin hidrogen bersih, Anda bisa mendapatkannya, Anda ingin listrik bersih, Anda bisa mendapatkannya. Beritahu kami kapan Anda menginginkannya, karena kami sedang mengeksploitasi dan mensurvei setiap sudut negara ini untuk memastikan bahwa siapa pun yang ingin memiliki listrik atau hidrogen apa pun, itu bisa dikirim hampir ke alamat rumahnya,” kata dia.
Anggota OPEC dilaporkan menguasai hampir 80 persen cadangan minyak dunia yang telah terbukti, serta sepertiga produksi minyak dunia. Pemerintah Saudi pun hingga kini sangat bergantung pada pendapatan produksi minyak.