Jumat 12 Jan 2024 07:15 WIB

Cawapres Mahfud MD Janjikan Biaya Haji Murah dan Daftar Tunggu Cepat

Ada kuota tambahan yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi kepada Indonesia.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Cawapres nomor urut 3, Mahfud MD saat menghadiri acara di Pondok Pesantren Nahdlatut Thullab, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Kamis (11/1/2024).
Foto: Antara/Rio Feisal
Cawapres nomor urut 3, Mahfud MD saat menghadiri acara di Pondok Pesantren Nahdlatut Thullab, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Kamis (11/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPANG -- Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 3, Mahfud MD menjanjikan biaya haji murah dan daftar tunggu yang cepat. "Bisakah ONH (ongkos naik haji) murah dan tidak lama antrenya? Kami usahakan," kata Mahfud di Pondok Pesantren (Ponpes) Nahdlatut Thullab, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Kamis (11/1/2024).

Mahfud mengatakan, pihaknya akan mengusahakan dua hal tersebut terpenuhi. Hal itu mengingat, adanya kuota tambahan yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi kepada Indonesia.

"Kadang kala Arab Saudi itu memberi kuota mendadak. Sudah selesai biayanya ditentukan, tiba-tiba presiden diberi tahu oleh Arab Saudi, 'Ayo Indonesia ini pakai 10 ribu lagi, dapat'. Akan tetapi, memang jatahnya satu persen sehingga dari Indonesia itu banyak yang enggak tertampung," kata menko polhukam tersebut.

Janji tersebut dapat diusahakan oleh dirinya bersama capres Ganjar Pranowo dengan cara menegosiasikan kuota haji satu persen yang tidak terpakai di negara lain. "Akan tetapi, nanti kami negosiasikan agar bisa menjadi lebih murah dan cepat," ujar Mahfud.

Sejumlah negara yang kuotanya tidak dioptimalkan untuk dipakai, yakni Australia hingga Belanda. "Anak saya yang tahun ini haji lewat Netherlands (Belanda). Bukan dari Indonesia, ke Netherlands dahulu. Memang sekolah di sana. Jadi, dia dapat menggunakan kuota yang satu persen," ucap Mahfud.

Mahfud mengungkapkan, tidak optimalnya kuota satu persen di beberapa negara karena kurangnya warga Islam di negara tersebut. Berbeda dengan Indonesia yang antreannya sudah mencapai 30 tahun lebih.

"Penduduk Belanda enggak ada yang mau naik haji 'kan enggak banyak Islamnya. Ditawar-tawarkan ke mana? Nah anak saya ambil dan ini dapat, enggak usah antre. Sepekan sebelum ingin saja sudah lapor, 'Saya mau haji, bisa? Bisa'," kata Mahfud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement