Jumat 12 Jan 2024 10:46 WIB

Pakar: Orang Tua tak Perlu Khawatir Bila Terlewat Jadwal Imunisasi

Tenaga kesehatan punya strategi untuk mengejar imunisasi anak yang tidak lengkap.

Red: Setyanavidita livicansera
Petugas medis Dinas Kesehatan Kendari mempersiapkan suntikan PCV untuk balita di Pos Pelayanan Keluarga Berencana di Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (12/12/2023). Kementerian Kesehatan menetapkan vaksin pneumococcus konyugasi (PCV) ke dalam program imunisasi rutin untuk melindungi dan mencegah kematian pada anak-anak akibat pneumonia, yaitu peradangan paru paru yang disebabkan oleh infeksi.
Foto: Antara/Jojon
Petugas medis Dinas Kesehatan Kendari mempersiapkan suntikan PCV untuk balita di Pos Pelayanan Keluarga Berencana di Kecamatan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (12/12/2023). Kementerian Kesehatan menetapkan vaksin pneumococcus konyugasi (PCV) ke dalam program imunisasi rutin untuk melindungi dan mencegah kematian pada anak-anak akibat pneumonia, yaitu peradangan paru paru yang disebabkan oleh infeksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Angga Wirahmadi, mengatakan orang tua tidak perlu khawatir bila ketinggalan jadwal vaksin, karena tenaga kesehatan memiliki solusinya.

"Kalau lupa, tidak sempat, terkendala pekerjaan rumah, bingung terhadap jenis imunisasi yang banyak, tenang. Para tenaga kesehatan, dokter, bidan, dan klinik imunisasi ada strategi untuk mengejar imunisasi anak yang tidak lengkap, yaitu melalui vaksin ganda," katanya dalam diskusi mengenai imunisasi pada anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

Baca Juga

Angga menjelaskan vaksin ganda adalah pemberian tiga sampai empat jenis vaksin yang berbeda dalam sekali kunjungan. Pemberian imunisasi dengan metode ini memungkinkan para orang tua untuk mengejar ketertinggalan vaksin anak.

Ia menyatakan pemberian imunisasi dengan metode ini aman untuk dilakukan, serta tidak menambah efek samping kejadian ikutan setelah imunisasi (KIPI) selama dilakukan sesuai dengan prosedur. "Dengan jenis vaksin yang berbeda, jadi tidak boleh pentavalen kita kasih semua tiga dosis, tapi bisa kita kombinasikan dengan vaksin polio, PCV untuk pnmeumonia atau campak rubela, bisa kita beri semua bersama-sama," jelasnya.

Angga menyatakan, imunisasi aman untuk dilakukan, karena telah teruji di seluruh dunia. Diketahui, Indonesia bukan satu-satunya negara yang melakukan imunisasi wajib. Terdapat sekitar 180 negara yang menerapkan kebijakan yang sama.

Oleh karena itu, ia mengimbau kepada orang tua untuk melengkapi status vaksin anaknya, terlebih pada saat ini terdapat sejumlah kasus penyakit polio pada anak, yang dapat menyebabkan anak mengalami kelumpuhan. Sebelumnya, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Prima Yosephine menyebutkan imunisasi rutin lengkap kepada anak merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah anak dari kematian dan kesakitan yang diakibatkan oleh infeksi virus.

Pemerintah menyediakan 14 jenis antigen imunisasi gratis untuk berbagai macam penyakit untuk dimanfaatkan masyarakat, di antaranya pneumonia yang dapat dicegah dengan imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine), diare dengan imunisasi RV (Rotavirus), dan kanker leher rahim yang dapat dicegah melalui imunisasi HPV.

"Kenapa kita harus repot menambah jenis vaksin? Tadinya 11 antigen sekarang 14 antigen imunisasi nasional. Salah satunya karena kita tahu sebagian besar kematian bayi dan balita kita disebabkan pneumonia dan diare yang seharusnya bisa dicegah dengan vaksin," tutur Prima. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement