Jumat 12 Jan 2024 12:58 WIB

Lalu Lintas Kapal di Terusan Suez Turun Tajam Akibat Ancaman Houthi

Lalu lintas kapal turun 30 persen di periode 1-11 Januari 2024.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Kapal melintasi Terusan Suez.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Kapal melintasi Terusan Suez.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Direktur Manajemen Otoritas Terusan Suez Osama Rabie mengungkapkan, lalu lintas kapal yang melewati Terusan Suez telah mengalami penurunan drastis pada awal tahun ini. Serangan kelompok Houthi Yaman terhadap kapal dagang di Laut Merah menjadi faktor pemicu hal tersebut.

Rabie mengatakan, lalu lintas kapal turun 30 persen pada periode antara 1 hingga 11 Januari 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Dia menyebut, jumlah kapal yang melintasi Terusan Suez pada periode itu mencapai 544. Dalam periode yang sama pada 2023 lalu, jumlah kapal yang melewati Terusan Suez menyentuh angka 777.

Baca Juga

Rabie mengungkapkan, akibat penurunan jumlah kapal yang melintas, Mesir kehilangan 40 persen pendapatan dolarnya dari Terusan Suez. Terusan Suez adalah sumber utama mata uang asing yang langka bagi Mesir. Pihak berwenang Mesir telah berusaha keras untuk meningkatkan pendapatan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk melalui perluasan terusan tersebut pada 2015. Perluasan lebih lanjut sedang berlangsung.

Terkait situasi saat ini, Rabie mengatakan, masalah keamanan bagi pengirim barang tidak dapat diatasi dengan diskon atau intensif lain yang ditawarkan oleh Terusan Suez. “Sebagian besar barang akan dikembalikan (ke Terusan) setelah masalah ini selesai,” ujarnya, Kamis (11/1/2024), mengacu pada serangan Houthi.

Sementara itu militer koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan ke Yaman pada Kamis malam. Mereka membidik fasilitas-fasilitas milik Houthi. Washington adalah salah satu pihak yang mengecam serangan Houthi ke kapal-kapal dagang di Laut Merah yang sudah berlangsung sejak pertengahan November tahun lalu.

Terkait serangan ke Yaman pada Kamis malam, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengungkapkan, militer negaranya menargetkan fasilitas yang terkait dengan kendaraan udara tak berawak atau drone, rudal balistik dan jelajah, serta kemampuan radar pesisir dan pengawasan udara milik Houthi. “AS mempertahankan haknya untuk membela diri dan, jika perlu, kami akan mengambil tindakan lanjutan untuk melindungi pasukan AS,” kata Austin.

Seorang pejabat AS lainnya menambahkan, negaranya yakin fasilitas-fasilitas yang dibidik dalam serangan pada Kamis malam tidak menampung warga sipil. “Kami mengincar kemampuan yang sangat spesifik di lokasi yang sangat spesifik dengan amunisi yang presisi,” ucapnya.

Dia pun menekankan bahwa AS siap melancarkan serangan lanjutan jika Houthi belum kehilangan kemampuan untuk menyerang kapal-kapal dagang di Laut Merah. “Jadi ini mungkin bukan keputusan terakhir mengenai topik ini,” ujarnya.

Pada Rabu (10/1/2024), Dewan Keamanan PBB telah mengadopsi resolusi yang mengecam serangan kelompok Houthi Yaman terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Dewan Keamanan menuntut Houthi untuk menghentikan serangan-serangan tersebut. Rancangan resolusi kecaman terhadap Houthi diajukan oleh AS dan Jepang. Dalam pemungutan suara, sebanyak 11 dari 15 negara anggota Dewan Keamanan menyetujui rancangan resolusi itu. Sementara empat negara lainnya abstain, termasuk Rusia.

Sejak pertengahan November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik atau menuju pelabuhan Israel. Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina.

Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut. Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman.

Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.

Pada 18 Desember 2023 lalu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan peluncuran Operation Prosperity Guardian (OPG). Dia mengatakan, OPG dibentuk sebagai respons atas serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. Negara-negara yang tergabung dalam satgas maritim OPG antara lain Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol.

Sementara itu, kelompok Houthi menyampaikan, pembentukan satgas maritim oleh AS dan sekutunya tidak akan mengubah sikap serta dukungan mereka untuk Palestina. “Posisi kami tidak akan berubah terhadap isu Palestina, baik aliansi angkatan laut dibentuk atau tidak,” kata Juru Bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, kepada Reuters, 19 Desember 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement