REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Aditya Perdana, mengatakan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, kerap meluapkan sikap emosi dan kekesalannya ketika berpidato kampanye. Aditya menyebut Prabowo masih terbawa rasa kesal sejak dari debat ketiga akhir pekan kemarin.
Menurut Aditya, saat itu Prabowo tidak bisa atau tidak mau menjawab persoalan yang dipertanyakan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Sehingga kemudian Prabowo meluapkannya ketika berhadapan dengan pendukungnya sendiri.
"Ini kan masih efek debat terakhir. Beliau (Prabowo) tidak bisa menyampaikan secara direct dalam forum itu atau tidak berkeinginan menyampaikan di forum itu. Tapi kemudian menyampaikan di forumnya sendiri di tempatnya sendiri," kata Aditya, kepada Republika.co.id, Jumat (12/1/2024).
Aditya menilai kekesalan yang diungkapkan Prabowo di hadapan pendukung dan simpatisannya itu untuk mendapatkan pembenaran. Yakni, apa yang dia lakukan selama ini menjadi Menteri Pertahanan sudah benar.
Walau kerap mengeluarkan umpatan dan kata-kata yang kurang pantas di kampanye, Aditya merasa tidak akan berpengaruh kepada elektabilitas Prabowo-Gibran. Karena ia melihat pemilih Prabowo sudah solid dan kuat. Paling tidak dengan sikap yang ditampilkan Prabowo itu kata Aditya akan mempengaruhi pemilih bimbang.
Lagi pula lanjut Aditya ada sebagian masyarakat yang tidak menyukai karakter pemimpin yang suka marah-marah dan sering menggunakan kata-kata tidak pantas.
Diketahui, dalam safari kampanyenya ke beberapa titik di Riau, dan Jambi beberapa hari lalu, Prabowo mengumpat rivalnya sampai mengeluarkan kata-kata 'tolol' dan 'goblok'. Umpatan Prabowo ini masih seputar pembahasan ketika debat capres ketiga akhir pekan lalu di mana di situ Prabowo merasa dikeroyok Anies dan Ganjar masalah pertahanan.
Mantan Wapres RI, Jusuf Kalla, turut menyoroti sikap Prabowo yang kerap emosional setiap kampanye. JK menyatakan seorang pemimpin harus mengedepankan sikap sabar daripada memperlihatkan sisi emosional saat menghadapi suatu persoalan.
Hal itu disampaikan oleh JK di dalam forum bertajuk "Dialog Kebangsaan dan Kewirausahaan" di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/1/2024). "Bagaimana kira-kira negara dipimpin oleh orang yang suka marah? Bagaimana kira-kira kalau dia berdebat dengan kepala negara lain?" ujarnya.
Menurut JK, jika pemimpin maupun pejabat negara tidak bisa mengontrol emosinya, maka dampak besar bisa diterima oleh rakyat. Oleh karena itu, ia menyebut seorang pemimpin maupun pejabat negara harus bisa punya sikap tenang dan mengedepankan "pemikiran dingin" saat menanggapi maupun menyelesaikan persoalan.
"Pemimpin harus tenang, memiliki gagasan, jangan emosional, karena persoalan bangsa ini banyak, kalau tidak tenang pemimpin kami, tentu tidak baik. Pemimpin jangan emosional," katanya.