Sabtu 13 Jan 2024 00:09 WIB

Inggris Klaim Serangan ke Houthi Tindakan Bela Diri

Inggris dan AS meluncurkan serangan udara dan laut ke target-target militer Houthi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Gita Amanda
Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Laut AS, kapal pendarat amfibi USS Carter Hall dan kapal serbu amfibi USS Bataan transit di selat Bab al-Mandeb pada 9 Agustus 2023. Komandan tertinggi angkatan laut AS di Timur Tengah mengatakan Yaman Pemberontak Houthi tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri serangan “sembrono” mereka terhadap kapal komersial di Laut Merah.
Foto: Mass Communications Spc. 2nd Class Moises San
Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Laut AS, kapal pendarat amfibi USS Carter Hall dan kapal serbu amfibi USS Bataan transit di selat Bab al-Mandeb pada 9 Agustus 2023. Komandan tertinggi angkatan laut AS di Timur Tengah mengatakan Yaman Pemberontak Houthi tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri serangan “sembrono” mereka terhadap kapal komersial di Laut Merah.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Negara Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey mengatakan serangan Inggris dan Amerika Serikat (AS) ke target-target militer Houthi di Yaman merupakan tindakan bela diri. Ia menambahkan London belum memiliki rencana misi lebih lanjut.

Dua negara itu meluncurkan serangan udara dan laut ke target-target militer Houthi di Yaman. Sebagai respon gerakan tersebut menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah yang digelar sejak perang Israel-Hamas di Gaza.

Baca Juga

Heappey mengatakan serangan-serangan tersebut merupakan respons yang tepat. Ia mengatakan Pemerintah Inggris menyadari perlunya menghindari eskalasi di kawasan.

"Aksi kami dan Amerika semalam adalah bela diri untuk mempertahankan ketertiban terhadap serangan lebih lanjut pada kapal perang kami saat mereka berlayar untuk urusan hukum dan masuk akal," kata Heappey pada stasiun radio Times Radio, Jumat (12/1/2024).

"Tentu kami memperhatian kebutuhan untuk memastikan serangan itu tidak menyebabkan eskalasi di kawasan," tambahnya.

Dalam wawancara terpisah dengan BBC, ia ditanya tentang kemungkinan misi berikutnya. "Kami belum memiliki rencana, dan itu poin penting. Semalam respon terbatas, tepat, diperlukan," katanya.

Pernyataannya senada dengan pernyataan Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan itu "tepat sasaran" dan ia tidak ragu untuk mengambil tindakan lebih lanjut bila diperlukan.

Dilansir laman Reuters, Rusia mengkritik serangan tersebut yang menurut Moskow dapat meningkatkan ketegangan di seluruh Timur Tengah dan melanggar hukum internasional.

Heappey mengatakan pesawat-pesawat tempur Inggris yang diluncurkan dari Pangkalan Udara Angkatan Udara Inggris di Siprus menembak dua target yang terlibat dalam peluncuran drone dan rudal ke Laut Merah. Ia menambahkan asesmen awal menunjukan serangan, pukul 23.30 waktu Greenwich, Kamis (11/1/2024) lalu, berhasil dan pesawat-pesawat tempur itu kembali pangkalan pukul 03.00 waktu Greenwich.

Heappey mengatakan peringatan terhadap Houthi masih diberlakukan dan beberapa hari ke depan pemerintah akan menentukan apakah serangan-serangan di Laut Merah akan berhenti. Ketika ditanya mengenai kritikan dari lawan politik bahwa parlemen tidak diberi kesempatan untuk membahas serangan ini sebelumnya.

Heappey mengatakan Perdana Menteri Rishi Sunah harus membuat keputusan "berdasarkan keperluan militer, strategis dan operasional yang tepat waktu." Ia mengatakan parlemen akan mendapat kesempatan untuk memperdebatkan "hal-hal ini" di sidangnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement