REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mabes Polri meluruskan tudingan tidak netral dalam penyampaian pidato Kapolri Jenderal Listyo Sigit terkait estafet kepemimpinan nasional yang berkelanjutan. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Humas Polri Brigadir Jenderal (Brigjen) Trunoyudho Wisnu Adiko mengatakan, ucapan Kapolri soal kepemimpinan berkelanjutan, bukan untuk mengarahkan, apalagi menggiring opini, untuk medukung capres-capres tertentu.
Melainkan, kata Trunoyudo, ucapan Jenderal Sigit terkait dengan estafet kepemimpinan nasional yang berkelanjutan itu adalah umum. “Yang dimaksud adalah, keberlanjutan dari sejak Presiden Soekarno sampai Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan pembangunan di Indonesia yang selalu berkelanjutan dari satu pemimpin ke pemimpin selanjutnya,” kata Trunoyudo saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (12/1/2024).
Trunoyudo mengatakan, Kapolri dari ucapannya itu tak bermaksud mengarahkan ke capres-capres tertentu. Sebab, kata Trunoyudo, Kapolri memastikan diri sebagai kepala lembaga kepolisian untuk tetap netral.
“Jadi yang dimaksud estafet kepemimpinan itu tentunya harus dilanjutkan dengan siapa pun calon pemimpin yang baru terpilih, apa pun program yang dibawanya,” begitu sambung Trunoyudo. Polri, kata Trunoyudo, tetap mengacu pada netralitas dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Pun, instruksi dari Kapolri Jenderal Sigit, kata Trunoyudo, agar seluruh jajaran kepolisian di Indonesia harus memegang komitmen dalam menjaga netralitas tersebut. “Kapolri tetap menginstruksikan kepada seluruh jajaran Polri untuk berkomitmen dalam netralitas. Polri juga berkomitmen dalam hal keamanan penyelenggaraan pemilu yang aman, dan damai untuk persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Trunoyudo.
Sejumlah pihak mengkritik ucapan Kapolri Jenderal Sigit terkait pidatonya di STIK-PTIK Lemdiklat Polri, di Jakarta Selatan (Jaksel). Dalam pidatonya, Jenderal Sigit memberikan arahan kepada keluarga besar Polri terkait dengan mencari pemimpin yang memiliki visi-misi untuk melanjutkan kepemimpinan.
“Yang kita cari adalah pemimpin yang bisa melanjutkan estafet kepemimpinan. Bukan karena perbedaan, akhirnya bukan pemimpin yang kita cari, tapi yang kita pelihara perbedaan terus dan kemudian kita terbawa dalam konflik,” kata Kapolri Sigit.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengkritisi pernyataan Kapolri tersebut. Menurut Hasto, pernyataan Jenderal Sigit tersebut memicu tafsir di masyarakat tentang pemimpin kepolisian yang mengarahkan dukungan ke salah-satu pasangan calon presiden-wakil presiden dalam Pilpres 2024.
“Dari suara-suara ditujukan rakyat kepada Kapolri itu menunjukkan harapan terhadap Polri agar netral, agar tidak membuat pernyataan yang bisa dipersepsikan mendukung pasangan (capres-cawapres) tertentu,” ujar Hasto.