REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan Amerika Serikat terhadap Yaman membuat eskalasi konflik di Laut Merah menjadi tinggi. Situasi ini langsung berefek pada harga minyak dunia yang menyentuh harga 80 dolar AS per barel pada Jumat (12/1/2024).
Data yang Republika kumpulkan dari Bloomberg menunjukan harga minyak mentah acuan Brent langsung melonjak 4 persen ke harga 80,75 dolar AS per barel. Sedangkan acuan WTI naik 2 persen ke angka 79,82 dolar AS per barel.
Kenaikan harga minyak dunia ini selain karena kekhawatiran global terhadap situasi geopolitik, secara tata niaga, banyak kapal-kapal pengangkut yang menunda perjalanan akibat serangan di Yaman. Dilansir dari BBC, perusahaan pelayaran banyak mengalihkan rute menuju Tanjung Harapan di Afrika Selatan yang mengakibatkan tambahan jarak dan menaikkan biaya.
Kepala Eksekutif JP Morgan Jamie Dimon menjelaskan situasi geopolitik yang semakin memanas di berbagai negara berpotensi menggangu stabilitas dan ketahanan energi. Hal ini akan berdampak signifikan terhadap makro ekonomi dunia.
“Kekuatan yang signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya ini menyebabkan kita harus tetap berhati-hati. Meskipun kami berharap yang terbaik, tahun lalu menunjukkan mengapa kami harus siap menghadapi lingkungan apa pun,” kata Dimon, Ahad (14/1/2024).