Senin 15 Jan 2024 07:15 WIB
50 Tahun Malari

50 Tahun Malari, Om Liem Kena Imbas Isu Rasial Bersiap Ekspansi ke Hong Kong

Pada awalnya Salim Group fokus menggarap pasar Indonesia.

Sudono Salim dan Soeharto
Foto: seru.com
Sudono Salim dan Soeharto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peristiwa Malari genap berusia 50 tahun, hari ini. Peristiwa yang utamanya menyasar pada isu investasi Jepang di Indonesia di periode itu ternyata berimbas pula ke isu rasialis. Inilah paling tidak yang dirasakan salah satu taipan Indonesia, Sudono Salim alias Liem Sioe Liong, yang biasa disapa Om Liem. Dari peristiwa itu pula, grup bisnis Salim Grup mengambil satu arah penting yang amat menentukan masa depannya.

Hal ini dipaparkan dalam buku Liem Sioe Liong dan Salim Group, Pilar Bisnis Soeharto karangan Richard Borsuk dan Nancy Ching. Pada saat itu, Salim Grup sibuk berbisnis lain yang tidak bersentuhan dengan investasi Jepang di Indonesia. Berikut cuplikannya: 

Baca Juga

Jepang memainkan peran lebih menonjol di Indonesia, menyediakan hingga sepertiga bantuan ekonomi luar negeri Indonesia. Seorang akademisi mengatakan bahwa bantuan Jepang "besar dan mencolok, dan sebagian besar bantuan itu yang terkait dengan pembelian barang produksi Jepang menuai kritik luas. Asumsi yang beredar ... tujuan utama bantuan tersebut adalah untuk membangun pasar bagi produk-produk Jepang." Semakin kuatnya kehadiran Jepang di Indonesia menyulut kebencian terhadap aliran masuk modal asing. Fakta bahwa banyak perusahaan Jepang bermitra pengusaha Tionghoa memberi amunisi para pengkritik.

Walaupun Malari tidak berdampak langsung terhadap cukong Tionghoa seperti Liem, di Indonesia kemarahan publik sering mudah disalurkan ke protes anti-Tionghoa, kali ini tidak berbeda. Kerusuhan anti-Tionghoa pecah di Bandung (1973), sekitar 1.500 toko dan rumah dirusak. 

Pada awal 1970-an, Liem tidak bermaksud melakukan bisnis pada tataran regional karena peluang di Indonesia melimpah ruah. Kendati demikian, mempunyai kedudukan di pusat-pusat keuangan Singapura dan Hong Kong terbukti penting bagi pertumbuhan. Empat faktor memacu peningkatan aktivitas Salim di luar Indonesia.

Yang pertama adalah kepulangan Anthony ke Jakarta dari Inggris. Anthony nyaman berbahasa Inggris dan terbiasa dengan dunia luar. Tidak seperti lazimnya pengusaha "generasi kedua", Anthony lebih bernyali mengambil risiko dari ayahnya. Dia juga menyadari sejak dini bahwa lebih bijak jika dilakukan diversifikasi secara geografis, mengingat sejarah kebencian terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Dia mengatakan kepada kami pada tahun 2007, "Kami sadar bahwa segala sesuatunya tidak boleh ditaruh di keranjang yang sama. Oleh karena itulah, sejak awal kami sudah menyeimbangkan portofolio kami." 

Faktor kedua adalah ekspansi Liem ke bisnis semen. Bisnis substitusi industri padat modal ini menyebabkan Liem semakin membutuhkan impor ini tidak banyak memberi ruang bagi ekspor, tetapi ekspansi dalam hubungan dengan pasar utang internasional-sebuah tempat yang tidak bisa didatangi kelompok-kelompok swasta Indonesia hingga waktu itu.

Faktor ketiga adalah kerusuhan Malari 1974 di Jakarta. Walaupun bisnis Jepang-bukan Salim-yang menjadi sasaran waktu itu, kekerasan di Indonesia nyaris selalu menyasar komunitas Tionghoa, dan episode itu mengingatkan mereka pada kerentanan mereka. Peristiwa Malari mendorong orang-orang Tionghoa Indonesia menggagas usaha menempatkan keranjang-keranjang telur di tempat-tempat lain. 

Faktor keempat dalam upaya Liem membuka toko di luar Indonesia adalah masuknya Mochtar Riady ke BCA pada tahun 1975. Kedua orang itu membuka sebuah perusahaan deposit-taking di Hong Kong, Central Asia Capital Corp., yang memberi Salim papan nama di tempat di mana sebagian besar transaksi perbankan regional dilakukan.

Pada tahun 1979, Liem menciptakan pijakan lain di Hong Kong, ketika dia bersama Djuhar mendapatkan kontrol atas sebuah perusahaan pembiayaan yang terdaftar di bursa, tetapi nyaris tidak beraktivitas, Overseas UnionFinance Ltd. (tidak ada hubungan dengan Overseas Union Bank diSingapura). Kendaraan kecil ini nantinya sangat bermanfaat ketika Salim ingin menancapkan bendera di jajahan Inggris itu. Ekspansi Liem di bidang semen dan pembentukan sebuah basis di Hong Kong berakar pada sebuah persahabatan lalu kemitraan yang memberi Salim kepentingan bisnis global.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement