REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hingga Desember 2023, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan selama 44 bulan berturut-turut. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengatakan total surplus neraca perdagangan sepanjang 2023 yakni 36,93 miliar dolar AS.
"Total surplus neraca perdagangan 2023 turun sekitar 17,52 miliar dolar AS dibandingkan 2022," kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024).
Pudji menjelaskan, neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus secara berturut-turut dalam empat tahun terakhir. Pudji menuturkan, surplus neraca perdagangan mencapai puncaknya pada 2022, tetapi menurun pada 2023.
"Surplus tertinggi terjadi pada 2022 dengan total nilai sebesar 54,46 miliar dolar AS. Akan tetapi, nilai surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada 2023 ini mengalami penurunan," jelas Pudji.
Total mitra dagang Indonesia sepanjang 2023 sebanyak 246 yang terdiri atas negara juga teritori. Dari total tersebut, Pudji menyebut, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan 177 negara dan defisit dengan 69 negara.
Dia mengatakan, 10 negara penyumbang surplus terbesar adalah India, Amerika Serikat, Filipina, Malaysia, Bangladesh, Pakistan, Taiwan, Jepang, dan Vietnam. "Indonesia surplus perdagangan barang terbesar dengan India yakni sebesar 14,51 miliar dolar AS," ujar Pudji.
Sementara itu, sepuluh negara penyumbang defisit terbesar adalah Australia, Thailand, Brasil, Jerman, Rusia, Argentina, Oman, Korea Selatan, Kanada, dan Perancis. Indonesia mengalami defisit perdagangan barang terbesar dengan Australia yakni sebesar 5,75 miliar dolar AS.