Selasa 16 Jan 2024 00:08 WIB

Turis Asing Keluhkan Bali Belly, Apa Itu?

Wisatawan bisa mencegah keluhan serupa saat pelesiran ke daerah baru.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Sakit perut (ilustrasi). Pada pekan pertama liburan di luar negeri, tubuh umumnya masih berusaha beradaptasi dengan lingkungan dan makanan yang baru.
Foto: www.pixahive.com
Sakit perut (ilustrasi). Pada pekan pertama liburan di luar negeri, tubuh umumnya masih berusaha beradaptasi dengan lingkungan dan makanan yang baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bali belly merupakan istilah yang merujuk pada gangguan pencernaan yang dialami oleh wisatawan ketika berkunjung Bali. Mencegah terjadinya Bali belly merupakan hal yang penting agar rencana liburan wisatawan di Pulau Dewata tidak terganggu.

Secara umum, gangguan pencernaan yang muncul ketika liburan dikenal pula dengan sebutan travelers' diarrhea atau diare pelancong. Gangguan pencernaan ini biasanya muncul pada pekan pertama saat berlibur di luar negeri.

Baca Juga

Pada pekan pertama liburan di luar negeri, tubuh umumnya masih berusaha beradaptasi dengan lingkungan dan makanan yang baru. Pada momen ini juga, tubuh masih beradaptasi dengan bakteri-bakteri yang berbeda dari biasanya.

Bali belly atau diare pelancong sering kali disebabkan oleh bakteri yang mencemari makanan atau minuman. Beberapa bakteri yang paling sering menyebabkan diare pelancong adalah E.coli, Salmonella, dan Campylobacter. Namun, terkadang, diare pelancong juga bisa disebabkan oleh beberapa virus yang dapat memunculkan gejala-gejala masalah pencernaan, seperti Rotavirus atau Norovirus.

Wisatawan yang tidak memiliki imunitas seperti warga lokal bisa lebih mudah untuk jatuh sakit ketika terpapar oleh bakteri atau virus yang ada di destinasi wisata mereka. Bila sudah terkena diare pelancong, wisatawan bisa mengalami diare hingga berhari-hari.

Lily Chugg dari Australia merupakan salah satu wisatawan mancanegara yang pernah mengalami Bali belly saat bertandang ke Bali. Chugg mengungkapkan bahwa dia sudah melakukan beragam upaya agar tak terkena Bali belly selama berwisata.

Namun, suatu malam, Chugg pergi makan di sebuah restoran dan menyambangi sebuah tempat lain di Bali. Pada saat itulah, Chugg mulai sakit dan mengalami diare. Chugg bahkan menahan dorongan untuk buang air besar dan harus langsung pergi ke toilet setiap kali rasa mulas muncul.

Saat pulang ke tempat penginapan, Chugg mengungkapkan bahwa dia mulai merasa sakit lagi. Akan tetapi, dia hanya muntah-muntah dan tidak mengalami gejala lainnya.

Selama berlibur, Chugg mengatakan dia dan teman-temannya mengonsumsi makanan yang sama. Namun, dia juga sempat meminum es teh Long Island yang dia dan teman-temannya yakini merupakan penyebab Chugg terkena Bali belly.

"Saya sudah merasa lebih baik sekarang, tapi saya belum makan. Saya merasa paranoid untuk makan apa pun, saya pikir saya hanya akan mengonsumsi roti dan sejenisnya saja," kata Chugg.

Pengalaman serupa juga pernah dirasakan oleh seorang wisatawan asal AS saat berkunjung ke Bali. Sang wisatawan mengungkapkan bahwa dia sering mendengar soal Bali belly, namun tak pernah menyangka bahwa gejala yang muncul akan terasa sangat berat.

"Rasanya sangat sakit," ujar sang wisatawan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement