Selasa 16 Jan 2024 08:00 WIB

Kelompok Houthi Nyatakan Siap Perang Terbuka dengan AS

Yaman akan menghadapi serangan AS sekuat tenaga.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Citra satelit pada hari Jumat (12/1/2024) yang disediakan oleh Maxar Technologies menunjukkan kerusakan akibat serangan udara di situs radar di Bandara Sanaa di Yaman. Pemberontak Houthi di Yaman telah bersumpah akan melakukan pembalasan sengit atas serangan Amerika dan Inggris terhadap mereka, sehingga semakin meningkatkan prospek konflik yang lebih luas di wilayah yang sudah dilanda perang Israel di Gaza.
Foto: Maxar Technologies via AP
Citra satelit pada hari Jumat (12/1/2024) yang disediakan oleh Maxar Technologies menunjukkan kerusakan akibat serangan udara di situs radar di Bandara Sanaa di Yaman. Pemberontak Houthi di Yaman telah bersumpah akan melakukan pembalasan sengit atas serangan Amerika dan Inggris terhadap mereka, sehingga semakin meningkatkan prospek konflik yang lebih luas di wilayah yang sudah dilanda perang Israel di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID,SANAA – Kelompok Houthi mengatakan, serangan militer Amerika Serikat (AS) yang membidik fasilitas milik mereka di Yaman tidak efektif. Houthi menyatakan siap terlibat pertempuran terbuka dengan Negeri Paman Sam.

“Kami memberi tahu Amerika bahwa agresi Anda terhadap Yaman akan gagal. Kami akan menghadapi agresi AS dengan sekuat tenaga, dan mereka akan meninggalkan kawasan ini dalam keadaan kalah,” kata Ali al-Qahoum, anggota Biro Politik Houthi, dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, Senin (15/1/2024).

Baca Juga

“(Houthi) bersiaga untuk terlibat dalam pertempuran terbuka melawan Amerika,” kata al-Qahoum.

Dia mengatakan, serangan AS ke Yaman belum memberikan dampak. Namun, al-Qahoum menegaskan bahwa tindakan Washington telah melanggar hukum internasional dan kedaulatan Yaman. “Amerika akan menyesali agresi mereka dan akan menanggung akibatnya,” ucapnya.

Pekan lalu, Houthi telah menyatakan akan membalas serangan militer AS dan Inggris ke Yaman.  “Agresi Amerika dan Inggris tidak akan luput dari ganjaran,” kata Houthi dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Middle East Monitor.

Pernyataan itu dirilis beberapa jam setelah AS melancarkan serangan kedua ke Yaman pada Sabtu (13/1/2024). “Agresi terang-terangan Amerika dan Inggris, yang datang untuk mendukung entitas Zionis, tidak akan menghalangi Yaman untuk melanjutkan operasi militernya melawan musuh Israel dan mencegah kapal-kapalnya serta kapal-kapal lain menuju pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki,” ungkap Houthi.

Pada Sabtu pekan lalu, AS kembali meluncurkan serangan ke Yaman. Seperti sebelumnya, serangan terbaru membidik situs atau fasilitas milik kelompok Houthi. Komando Pusat AS (CENTCOM) mengonfirmasi serangan tersebut di X (Twitter). “Pada pukul 03.45 (waktu Sanaa) tanggal 13 Januari, pasukan AS melakukan serangan terhadap situs radar Houthi di Yaman,” ungkap CENTCOM dalam unggahannya.

Pada Kamis (11/1/2024), AS dan Inggris sudah melancarkan serangan udara ke beberapa wilayah di Yaman, termasuk ibu kota Sanaa. Mereka membidik fasilitas-fasilitas milik kelompok Houthi. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengungkapkan, dalam serangan tersebut militer negaranya menargetkan fasilitas yang terkait dengan kendaraan udara tak berawak atau drone, rudal balistik dan jelajah, serta kemampuan radar pesisir dan pengawasan udara milik Houthi. Serangan tersebut merupakan tanggapan AS dan Inggris atas masih berlanjutnya serangan Houthi ke kapal-kapal dagang di Laut Merah.

Sejak pertengahan 19 November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah. Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik atau menuju pelabuhan Israel. Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina.

Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut. Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman. Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement