Selasa 16 Jan 2024 16:19 WIB

Bagaimana Membedakan Orang Kleptomania dan Pengutil?

Kleptomania berbeda dengan pengutil.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Minimarket (ilustrasi). Beberapa hari terakhir viral kabar sekelompok orang mengutil di minimarket. Pengutil berbeda dengan orang yang mengidap kleptomania.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Minimarket (ilustrasi). Beberapa hari terakhir viral kabar sekelompok orang mengutil di minimarket. Pengutil berbeda dengan orang yang mengidap kleptomania.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari terakhir, media sosial diramaikan dengan kasus pencurian di minimarket. Di video pertama tampak remaja putri mengutil produk perawatan kecantikan, sementara di video lainnya tampak sekelompok pria menyembunyikan aneka makanan ringan di balik pakaiannya saat berbelanja.

Apakah mereka pengutil atau pengidap kleptomania? Sejatinya, kleptomania merupakan gangguan kesehatan mental yang bisa membuat penderitanya tidak mampu menahan diri untuk mengutil atau mencuri. Tak jarang, penderita kleptomania menerima stigma negatif yang membuat mereka dianggap sama seperti pengutil pada umumnya.

Baca Juga

Berbeda dengan pengutil biasa, penderita kleptomania mengutil atau mencuri karena tak bisa menahan dorongan yang muncul untuk melakukan hal tersebut. Barang yang dicuri oleh penderita kleptomania biasanya merupakan barang yang sebenarnya tak mereka butuhkan dan bisa mereka beli sendiri.

"Kleptomania adalah kondisi yang langka tetapi serius. Kondisi ini bisa menyebabkan banyak luka emosional pada penderita dan orang-orang terdekat penderita, bahkan memunculkan masalah hukum, bila tak ditangani," ungkap Mayo Clinic melalui laman resminya, seperti dikutip pada Selasa (16/1/24).

Secara umum, kleptomania adalah jenis gangguan kontrol impuls atau gangguan yang mencakup masalah kontrol diri terhadap emosi atau perilaku. Orang dengan gangguan kontrol impuls akan sulit menahan diri terhadap keinginan untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya berlebihan atau bisa membahayakan diri sendiri serta orang lain.

Menurut Mayo Clinic, banyak penderita kleptomania yang menyembunyikan kondisnya dan malu untuk mencari pertolongan dari tenaga kesehatan mental profesional. Padahal, meski kleptomania tak bisa disembuhkan, ada terapi obat-obatan dan terapi keterampilan yang dapat membantu penderita untuk mengasah kemampuan mereka dalam menghadapi dorongan mengutil.

Pada orang yang mengalaminya, kleptomania bisa memunculkan sejumlah gejala. Sebagian di antaranya adalah ketidakmampuan dalam menahan dorongan untuk mengutil benda yang sebenarnya tak dibutuhkan, merasa ada peningkatan tensi, kecemasan, atau gairah saat akan melakukan pencuriana tau pengutilan, merasakan kesenangan atau kepuasan saat mencuri, serta merasa sangat bersalah, membenci diri sendiri, hingga ketakutan akan ditangkap setelah melakukan pencurian.

Selain itu, dalam kasus kleptomania, dorongan untuk mencuri akan muncul berulang kali. Oleh karena itu, orang dengan kleptomania biasanya akan melakuakn pengutilan atau pencurian secara berulang.

"Berbeda dengan pengutil, orang dengan kleptomania tidak mencuri secara kompulsif untuk keuntungan pribadi, untuk taruhan, untuk balas dendam, atau untuk membangkang. Mereka mencuri hanya karena ada dorongan kuat yang tidak bisa mereka tahan," jelas Mayo Clinic.

Hal serupa juga diungkapkan oleh dr John Elgin Walkaitis melalui laman resmi Addiction Experts. Menurut Dr Walkaitis, pengutil melakukan pencurian barang atas dasar kepentingan pribadi.

"Perbedaan besar antara kleptomania dan mengutil adalah pengutil tahu apa yang akan mereka curi sebelum melakukan pengutilan. Di saat yang sama, (pengutil) merencanakan pencurian yang akan mereka lakukan," ungkap dr Walkaitis.

Berbeda dengan pengutil biasa, orang dengan kleptomania melakukan tindakan pencurian atau pengutilan secara spontan atas dasar dorongan yang sangat kuat. Bahkan, mereka juga tidak pernah membayangkan akan melakukan hal tersebut karena mereka tidak pernah merencanakan pencurian atau pengutilan tersebut sebelumnya.

"Mereka hanya mengambil barang ketika mereka memiliki masalah kontrol impuls," tutur dr Walkaitis.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement