Selasa 16 Jan 2024 13:55 WIB

Daftar Makam Ulama Nusantara di Afrika Selatan yang Dikeramatkan

Ada sejumlah adab saat berkunjung ke makam ulama Nusantara di Afrika Selatan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Makam ulama Nusantara Syekh Yusuf Makassar di Afrika Selatan.
Foto: tangkapan layar wikipedia.org
Makam ulama Nusantara Syekh Yusuf Makassar di Afrika Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- The Circle of Kramats in Cape Town atau Lingkaran Kramat di Cape Town adalah tempat suci bagi orang-orang Muslim yang disucikan dan dimakamkan di Cape Town ibukota Afrika Selatan. Legenda mengatakan bahwa Lingkaran Kramat inilah yang melindungi Cape Town dari gempa bumi dan bencana nasional.

Kramats atau Mazaars adalah tempat suci umat Islam, itu menandai makam orang suci beragama Islam yang meninggal di Tanjung Harapan (Cape Town, Afrika Selatan). 

Baca Juga

Ada lebih dari 20 kramat yang diakui di wilayah Afrika Selatan. Ada sekitar tiga Kramat yang terletak di distrik terpencil Faure, Caledon, Rawsonville dan Bains Kloof.

Sejarah Kramats dimulai dengan invasi Belanda ke tempat-tempat seperti India, Ceylon (Sri Lanka) dan Jawa (Nusantara/ Indonesia). Masyarakat lokal menentang tirani yang dilakukan Belanda tersebut, tetapi para pemimpin masyarakat lokal dibuang ke Afrika Selatan. Warga keturunan Melayu, India, Jawa, Benggala, dan Arab juga dijual sebagai budak pada masa ini oleh bangsa Eropa.

Kemudian, para budak serta sultan (ulama, bangsawan dan raja dari Nusantara) ini memulai komunitas Muslim pertama di Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Baru pada masa pendudukan Inggris, masjid pertama diizinkan didirikan di Afrika Selatan.

Makam Syekh Abdurrahman Matebe Syah di pintu gerbang ke Klein Constantia dan Sayed Mahmud di Constantia, mungkin merupakan situs tertua peninggalan umat Islam di Afrika Selatan. Kedua ulama bangsawan besar, diriwayatkan berasal dari Sumatera, Indonesia. Ada juga yang menyebutnya berasal dari Kesultanan Malaka, yang sekarang berada di wilayah negara Malaysia.

Kedua ulama tersebut dikenal sebagai Auliya, artinya sahabat Allah SWT. Mereka tiba di Afrika Selatan pada tahun 1667, diasingkan oleh Belanda yang sedang menjajah wilayah Nusantara.

Syekh Yusuf dimakamkan di Faure, Cape Town, Afrika Selatan. Syekh Yusuf lahir pada tahun 1626, ketika lahir diberi nama Abadin Tadia Tjoessoep, nama yang diberikan Sultan Penguasa Kerjaan Gowa yang beragama Islam, sultan ini juga kerabat ibunya Syekh Yusuf.

Makam Syekh Yusuf mungkin adalah Auliya paling terkenal di Afrika Selatan. Syekh Yusuf berasal dari kalangan bangsawan, ia tinggal di pengasingan (Afrika Selatan), karena kampung halamannya (Makassar, Indonesia) dijajah Belanda.

Makassar adalah tempat ia mempelopori perlawanan terhadap kolonialisme dan penjajahan. Kemudian pindah ke Banten, membantu Kesultanan Banten melawan penjajahan. 

Belanda karena sulit menangkap Syekh Yusuf, dan beberapa kali Syekh Yusuf bisa lolos dari tahanan Belanda. Maka Belanda membujuk Syekh Yusuf untuk menyerah dan dijanjikan akan diampuni Belanda.

Tapi Belanda ingkar janji, Belanda memindahkannya ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan pada tahun 1693 dan menampungnya di pertanian Zandvliet di Cape Flats. 

Syekh Yusuf memberikan perlindungan bagi para budak yang melarikan diri. Pada masa itu, bangsa Eropa masih menggunakan sistem perbudakan, budak-budak itu biasanya dari orang kulit hitam, Afrika dan Asia. Melalui ajaran Syekh Yusuf, komunitas Muslim pertama berkembang di Cape Town, Afrika Selatan pada awal tahun 1690-an.

Kramat yang terletak di gunung Lion's Head (Kepala Singa) mungkin merupakan Kramat yang paling mudah untuk dikunjungi saat berkunjung ke titik pandang kawasan Lion's Rump (Pantat Singa). Pengunjung wajib memberikan rasa hormat ketika mengunjungi situs Keramat tersebut, melepas sepatu saat masuk, tidak bersandar atau duduk di atas kuburan dan tidak boleh bersuara keras.

Pangeran Tuan Guru Imam Abdullah Qadhi Abdussalam lahir di Tidore pada tahun 1712 dan meninggal di Cape Town pada tahun 1807 pada usia 95 tahun. Makamnya yang dikeramatkan berada di pemakaman Muslim di Bo-Kaap, Cape Town, Afrika Selatan.

Pangeran Tuan Guru Imam Abdullah Qadhi Abdussalam berasal dari Tidore, yakni kota yang berada di wilayah Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Dulu berdiri Kesultanan Tidore atau Kerajaan Islam Tidore yang berpusat di kota Tidore.

Tuduhan Belanda terhadap Pangeran Tuan Guru Imam Abdullah Qadhi Abdussalam tidak diketahui. Ulama bangsawan ini tiba di Afrika Selatan pada tahun 1780 sebagai tahanan Belanda. Setelah 12 tahun dipenjara, Tuan Guru Imam Abdullah Qadhi Abdussalam menjadi aktif dalam komunitas Muslim di sekitar Jalan Dorp dan berperan penting dalam pembangunan madrasah (sekolah Muslim) pertama yang dibangun pada tahun 1793, dan pada tahun 1795 masjid pertama dibangun. 

Auliya lain yang menjalani hukuman 12 tahun adalah Tuan Sayed Alawie yang berasal dari Yaman. Setelah dibebaskan ia menjadi polisi, berhubungan dengan budak dan menyebarkan ajaran Islam. Ia meninggal pada tahun 1803 dan juga dimakamkan di Bo-Kaap.

Penempatan Kramat dikatakan memenuhi ramalan berusia 250 tahun bahwa Lingkaran Islam akan terbentuk di sekitar Cape Town, Afrika Selatan. Lingkaran ini dimulai di Signal Hill dengan empat kramat terpisah, berlanjut ke situs di Oude Kraal, lalu Constantia, dan selanjutnya ke Kramat paling terkenal yakni makam Syekh Yusuf di Faure. Makam tua di Pulau Robben melengkapi lingkarannya.

Adab berziarah ke Kramat yang diyakini masyarakat Afrika Selatan adalah menjaga rasa hormat yang tinggi ketika berziarah ke makam Auliya. Sepatu harus dilepas. Jangan duduk atau bersandar atau meletakkan kaki  di atas kuburan, dan harap menghindari percakapan yang keras. Duduk atau berdiri dengan hormat menghadap kuburan dan tidak mempunyai niat selain untuk memperoleh manfaat spiritual dari tempat suci. Dilansir dari laman Sahistory.

Sumber:

https://www.sahistory.org.za/place/circle-kramats-cape-town

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement