REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Lembaga pemasyarakatan Ekuador, SNAI mengatakan 43 narapidana masih dalam buronan setelah melarikan diri dari penjara di utara negara itu. Sementara pasukan keamanan masih menggelar operasi di seluruh negeri.
Pekan lalu Presiden Daniel Noboa mendeklarasikan masa darurat selama 60 hari termasuk penerapan jam malam dan menetapkan 22 kelompok kriminal sebagai teroris. Lonjakan kekerasan baru-baru ini termasuk penyerbuan sekelompok pria bersenjata ke stasiun televisi, ledakan di beberapa kota dan penculikan petugas polisi tampaknya respon atas rencana Noboa mengatasi krisis keamanan di Ekuador.
Setelah sekitar 200 sipir dan petugas administratif di tujuh penjara yang disandera dibebaskan akhir pekan lalu. Personel polisi dan militer berjaga-jaga di seluruh penjara di Ekuador. Dalam pernyataannya SNAI mengatakan para narapidana diketahui melarikan diri dari lembaga pemasyarakatan Esmeraldas, kota dekat perbatasan Kolombia, setelah 2.000 pasukan keamanan menggelar penggeledahan di penjara itu. "Hasil dari pemeriksaan, ditemukan 48 orang melarikan diri," kata SNAI, Selasa (16/1/2024).
Lembaga itu mencatat lima narapidana sudah berhasil ditangkap kembali. Pasukan keamanan juga mengetahui satu narapidana tewas di dalam penjara, tapi SNAI tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Pemerintah Ekuador mengatakan sejak masa darurat dideklarasikan pasukan keamanan sudah menahan lebih dari 1.500 orang dan menggelar 41 operasi anti-teroris. Dalam pernyataan terpisah pemerintah mengatakan operasi akan terus digelar di seluruh Ekuador pada pekan ini. "Tujuannya jelas, untuk menindak tegas mereka yang telah meneror dan melecehkan warga negara," kata pemerintah.
Noboa, yang terpilih tahun lalu dengan janji untuk memulihkan keamanan, berjanji untuk memenjarakan para pemimpin kelompok kriminal di penjara dengan keamanan tinggi.