REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih mengungkapkan tak ada personel atau fasilitas milik Amerika Serikat (AS) yang menjadi sasaran serangan rudal Iran di Irak utara dan Suriah utara pada Senin (15/1/2024), malam.
"Kami telah melihat laporan tersebut, dan kami melacak rudal-rudal tersebut, yang diluncurkan ke Irak utara dan Suriah utara. Tidak ada personel atau fasilitas AS yang menjadi sasaran," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson kepada Anadolu melalui surel.
Watson menyatakan, AS tengah menjalin komunikasi dengan para pejabat senior Irak dan pejabat-pejabat pada Pemerintah Daerah Kurdistan (Kurdistan Regional Government/KRG). "Iran mengeklaim ini sebagai respons terhadap serangan teroris di Kerman, Iran dan Rask, Iran, dengan fokus terhadap ISIS," kata Watson.
"Kami akan terus menilai situasinya, tetapi indikasi awal menunjukkan bahwa ini adalah serangkaian serangan yang ceroboh dan tidak tepat," kata dia, seraya menambahkan bahwa AS mendukung kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah Irak.
Sejumlah ledakan menimpa sekitar konsulat AS di Erbil yang diakui dilakukan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran. Mereka mengatakan serangan itu menargetkan "markas mata-mata" dan "perkumpulan kelompok teroris anti-Iran" di wilayah tersebut dengan rudal balistik.
Ketegangan antara Iran dan AS meningkat di tengah perang Israel di Gaza dan sejumlah perkembangan situasi regional, termasuk serangan terhadap kapal di Laut Merah yang dilakukan kelompok Houthi yang didukung Iran.