REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan umatnya untuk mengendalikan emosi dan marah. Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang mudah tersulut emosi hingga saling bunuh seperti dalam peristiwa carok massal yang terjadi di Bangkalan, Madura, baru-baru ini.
Karena itu, ada beberap hal yang perlu dilakukan untuk memcegah emosi dan marah berlebihan. Adab saat emosi melibatkan kesabaran, introspeksi diri, dan berusaha memahami perspektif orang lain. Marah sebaiknya diungkapkan dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain.
Rasulullah SAW pernah berpesan pada seseorang yang meminta nasihat kepada beliau:
لَا تَغْضَبْ
“Jangan marah!” (HR Bukhari)
Ibnu Hajar rahimahullah mengutip pendapat al-Khathabi bahwa "jangan marah" artinya jauhilah sebab-sebab kemarahan dan jangan melakukan sesuatu yang mengarah pada kemarahan.
Dalam Islam, marah memang merupakan salah satu perbuatan yang dilarang. Dalam hadits, Rasulullah SAW juga bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قال: "لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ".
Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW yang telah bersabda: Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah." (HR Bukhari dan Muslim).
Lalu bagaimana adab saat emosi atau marah sesuai yang diajarkan nabi? Apa yang harus dilakukan?
Mengutip dari berbagai sumber, ada beberapa hal yang dapat dilakukan ketika emosi atau marah.
1. Diam
Diam merupakan salah satu cara yang diajarkan Nabi untuk mengatasi amarah. Walaupun terkadang dalam hati terasa tidak nyaman, namun itu lebih baik dari pada harus melampiaskan emosi dan marah.
Dari Ibnu 'Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ.
Artinya: "Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." (HR Ahmad dan Bukhari).
Lihat halaman berikutnya >>>